Sedangkan pendapatan bersih dan laba bersih PGAS juga masing-masing naik sebesar 17,18 persen dan 8,49 persen secara yoy.
Sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangan emiten, pendapatan bersih PGAS di 9 bulan 2022 mencapai USD2,64 miliar (Rp40,27 triliun). Sedangkan laba bersih emiten juga tumbuh menjadi USD310,52 juta (Rp4,73 triliun).
Potensi Emiten Mid Caps di Tahun 2023
Emiten mid caps terutama sektor batu bara masih potensial di tahun 2023. Menurut riset yang dipublikasikan BRI Danareksa Sekuritas pada Kamis (1/12) bertajuk “Coal Mining Still Attractive”, harga batu bara kembali terdongkrak berkat musim dingin dan persediaan yang rendah di China.
“Kami percaya bahwa harga batu bara juga akan didorong oleh peralihan bahan baku ke batu bara dari LNG karena cuaca dingin menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan LNG sehingga beralih ke batu bara,” tulis riset tersebut.
Riset tersebut juga menyebutkan, pelonggaran lock down di China yang semakin meluas dapat berdampak bagi harga dan permintaan batu bara kedepannya.
“Dengan latar belakang ini, kami perkirakan harga batu bara akan solid di tahun 2023, menjadi USD200/ton dari perkiraan kami sebelumnya, yaitu USD170/ton,” tulis riset BRI Danareksa Sekuritas.
Sejalan dengan potensi tersebut, BRI Danareksa Sekuritas masih memberikan rating overweight bagi industri batu bara.
Berbeda dengan BRI Danareksa Sekuritas, riset Mirae Asset Sekuritas bertajuk Coal 2023F Outlook: Turning cold”, yang dirilis pada Senin (5/12), menurukan ratingnya dari overweight menjadi netral.
Menurut Mirae Asset Sekuritas, harga batu bara pada 2023 diproyeksikan akan turun didorong oleh produksi batu bara domestik yang lebih tinggi di China dan India hingga tren energi terbarukan yang berpotensi menyebabkan turunnya permintaan batu bara.
“Oleh karena itu, kami perkirakan harga batu bara global akan berada pada USD280 per ton atau terkotraksi hingga 12,5% yoy di tahun 2023 mendatang,” tulis Mirae Asset Sekuritas.
Riset tersebut menyebutkan, turunnya harga komoditas di tahun depan juga dapat berpotensi melemahkan kinerja saham emiten di sektor ini.
Di sisi lain, normalisasi harga batu bara global di tahun 2023 justru menguntungkan industri semen, termasuk emiten mid caps di sektor ini seperti SMGR hingga INTP.
Melansir riset Mirae Asset Sekuritas yang dirilis pada Kamis (1/12) bertajuk “Cement: Maintaining Bullish Sector Stance: Encouraging 23F Outlook Ahead”, penurunan harga batu bara ICE Newcastle sebesar 29 persen dari puncaknya di tahun ini akan menurunkan biaya bahan bakar dan energi dalam produksi semen.
Dengan demikian, Mirae Asset Sekuritas memberikan rating overweight pada industri ini dengan pertimbangan katalis positif dari penurunan harga batu bara dan pemulihan struktural industri semen dalam jangka panjang.
Sedangkan Mirae Asset juga memilih SMGR sebagai pilihan utama karena portofolio perusahaan yang beragam dengan kapasitas produksi dan pangsa pasar terbesar di Indonesia.
“Kemampuan SMGR dalam mengamankan konsumsi batu bara 100 persen di tahun ini di harga Domestik Market Obligation (DMO) di tengah naiknya kenaikan harga komoditas juga menjadi pertimbangan kami,” tulis riset tersebut.
Di samping itu, rencana SMGR dalam mengakuisisi PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dapat memperkuat posisi perusahaan di pasar Sumatera.
Senada dengan riset Mirae Asset Sekuritas, riset UOB KayHian bertajuk “Regional Morning Notes” yang dirilis pada Senin (5/12) menyebutkan, integrasi SMGR dan SMBR bisa memperkuat posisi SMGR.
Sedangkan kompetitornya, INTP juga memiliki prospek menarik di tahun mendatang.
Menurut riset UOB KayHian berjudul “Sector Update: Cement-Indonesia” yang dirilis pada Rabu (5/10), INTP akan semakin berkembang seiring ekspansi emiten untuk menembus pasar Indonesia Timur melalui pabrik semen di Maros, Sulawesi Selatan dari Semen Bosowa Maros (SBM).
Selain itu, pengoperasian pabrik penggilingan di Banyuwangi dapat memperkuat posisi perusahaan dalam menembus pasar Jawa Timur dan Bali.
Melihat berbagai potensi di atas, saham emiten mid caps bisa menjadi pilihan bagi investor karena selain mencatatkan kinerja saham hingga keuangan yang melesat sepanjang 2022, saham dari segmen ini juga punya prospek menarik di tahun mendatang.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.