sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Juni Kelabu, IHSG Anjlok dan Asing Jualan Jumbo hingga Rp3,8 Triliun

Market news editor Aldo Fernando - Riset
30/06/2022 11:43 WIB
Aksi lego besar-besaran oleh investor asing di tengah sentimen kenaikan suku bunga global turut menekan IHSG sepanjang bulan ini.
Juni Kelabu, IHSG Anjlok dan Asing Jualan Jumbo hingga Rp3,8 Triliun. (Foto: MNC Media)
Juni Kelabu, IHSG Anjlok dan Asing Jualan Jumbo hingga Rp3,8 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Seperti Mei lalu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Juni tidak menggembirakan. Aksi lego besar-besaran oleh investor asing di tengah sentimen kenaikan suku bunga global turut menekan IHSG sepanjang bulan ini.

Menurut penutupan Rabu (29/6/2022), IHSG ambles 2,89% selama Juni ke posisi 6.942,35. Pelemahan IHSG bulan ini dibayangi aksi jual bersih (net sell) oleh asing hingga Rp3,8 triliun di pasar reguler.

Asal tahu saja, per Rabu kemarin, asing sudah melakukan net sell selama 9 hari beruntun.

Asing sendiri paling banyak melego saham-saham big cap perbankan—yang merupakan salah satu penggerak utama IHSG--selama Juni.

Ambil contoh PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA) dengan nilai jual bersih (net sell) asing mencapai Rp1,47 triliun di pasar reguler. Saham BBCA sendiri minus 3,63% selama bulan Juni. Demikian pula dengan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) terkena net sell Rp1,4 triliun dan harga sahamnya ambles 4,90%.

Nama besar lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), juga membukukan net sell jumbo Rp1,2 triliun di pasar reguler yang turut membuat harga saham perseroan anjlok 6,92% selama Juni.

Kendati asing cenderung keluar dari bursa domestik sepanjang Juni, sejak awal Januari lalu (ytd), investor asing masih membukukan pembelian bersih (net buy) Rp53,32 triliun di pasar reguler.

'Jual selama Juni' atawa 'Sell in June'?

Kinerja bulan ini memperpanjang penurunan bulanan IHSG. Bahkan penurunan selama Mei lalu, yang kental dengan sentimen ‘Sell in May and Go Away’, tidak lebih besar sari penurunan selama Juni.

Sepanjang Mei, IHSG turun sebanyak 1,11%.

Fluktuasi IHSG sepanjang paruh pertama tahun ini, terutama periode Mei-Juni, tak bisa dilepaskan dari sentimen global, terutama efek kenaikan suku bunga oleh bank sentral negara utama dan dampak lanjutan dari perang di Ukraina.

Rezim kenaikan suku bunga, yang dipimpin oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), sendiri semata-mata diberlakukan demi meredam inflasi yang meroket, terutama dampak dari macetnya rantai pasok global di tengah perang dan pemulihan pandemi.

The Fed, misalnya, menerapkan kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga secara agresif, termasuk quantitative tightening (QT) untuk mengakhiri  kebijakan uang longgar (quantitative easing/QE, rezim suku bunga rendah).

Secara musiman (seasonality), kinerja IHSG sepanjang Juni memang tidak superior amat.

Dalam 20 tahun terakhir (hingga Juni 2021), IHSG naik sebanyak 12 kali sepanjang Juni dengan rerata return 0,52%.

Namun, tren historis tersebut tampaknya tidak begitu kuat apabila kita menilik rentang 10 tahun belakangan. Dalam 10 tahun terakhir, IHSG naik 6 kali dengan rata-rata return 0,14%.

Selain itu, anjloknya IHSG selama Juni tahum ini memutus tren penguatan selama 3 tahun belakangan (2019-2021), yang mana IHSG selalu menguat sepanjang Juni dengan rerata return 2,08%. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement