sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kebutuhan Nikel Meningkat, Saham PAM Mineral (NICL) Melejit 119 Persen Pekan Ini

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
17/07/2021 15:36 WIB
PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan performanya sebagai saham dengan peningkatan harga paling tinggi selama sepekan ini 12-16 Juli 2021.
PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan performanya sebagai saham dengan peningkatan harga paling tinggi selama sepekan ini 12-16 Juli 2021. (Foto: MNC Media)
PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan performanya sebagai saham dengan peningkatan harga paling tinggi selama sepekan ini 12-16 Juli 2021. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan performanya sebagai saham dengan peningkatan harga paling tinggi selama sepekan ini 12-16 Juli 2021.

Statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan NICL berada di puncak top gainers, melonjak 119% berada di harga 296, sejak listing perdananya pada 9 Juli 2021 di level 100.

Emiten NICL merupakan saham sektor bahan baku yang memproduksi nikel. Sebanyak 47,58% sahamnya dimiliki oleh PT Pam Metalindo dan 31,72% oleh PT Artha Perdana Investama. Sementara 20,70% sisanya adalah masyarakat.

Salah satu sentimen lonjakan harga emiten adalah geliat industri pertambangan nikel yang banyak dibutuhkan untuk kendaraan listrik.

Sebelumnya, Dirut PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan bahwa peluang bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan. Terlebih, pemerintah sudah menyiapkan holding BUMN untuk produk baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia LG Chem (Korea) CATL (China)

Lebih jauh, permintaan bijih nikel juga terus mengalami peningkatan, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.

"Adanya industri baterai nasional seiring tumbuhnya Smelter dengan teknologi Hydrometalurgi akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan diserapnya Nikel kadar rendah yg diproduksi perseroan. Ini yang kita harapkan bersama," ujar Ruddy dalam keterangan tertulis, Kamis (15/7/2021).

Stabilnya industri pengolahan atau smelter, oleh Ruddy dinilai sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Dirinya yakin permintaan bijih nikel dengan kadar tinggi akan meningkat, terlebih disusul dengan ekspansi di daerah-daerah yang dekat dengan tambang perseroan.

"Tentu kita optimis perkembangan ke depan itu kebutuhan ore nikel bisa melebihi 7-8 juta ton per bulan," kata dia.

Ruddy optimis bahwa dengan eksplorasi tambang yang gencar dilakukan, perusahaannya dapat menyimpan setidaknya lebih dari 28juta ton bijih nikel.

Ke depan, perusahaan ini berencana akan melakukan akuisisi tambang baru secara masif. Sementara jangka pendek, Ruddy mengatakan akan terlebih dahulu memenuhi target Rencana Kerja Anggaran Biaya sebanyak 1,8 juta ton bijih nikel/

Market share untuk industri kendaraan listrik diprediksi akan meningkat 28% pada 2030 dan 58% pada 2040.

Sebagai informasi, pada 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai di Indonesia mencapai 7% dari total konsumsi global. Pada 2022, permintaan nikel diprediksi akan melebihi pasokan yang ada. (TIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement