“Koreksi pasar saham ketika seorang presiden baru masih dalam tahap penyesuaian bukanlah hal yang baru,” kata analis Bahana.
Bahana Sekuritas membandingkan situasi ini dengan era awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ketika IHSG sempat merosot 25 persen sejak Maret hingga Oktober 2015.
Meskipun masih ada perbedaan pendapat di kalangan investor mengenai apakah Danantara bisa menjadi "Dream Team" yang mampu menarik kembali dana asing, Bahana Sekuritas menilai ekspektasi terhadap SWF ini terlalu pesimistis alias too bearish.
Penunjukan direksi profesional di bank-bank BUMN seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI) dalam RUPS pekan ini juga menambah optimisme pasar.
“Karena pasar bergerak berdasarkan ekspektasi, kami meyakini bahwa perkembangan netral atau sedikit positif terkait Danantara maupun bank BUMN berkapitalisasi besar sudah cukup untuk memicu reli taktis aset Indonesia,” demikian kata Bahana.