IDXChannel – Harga saham emiten rokok PT HM Sampoena Tbk (HMSP) melaju kencang di awal perdagangan Kamis (26/1/2023). Investor tampaknya tidak begitu merespons kabar HMSP keluar dari indeks elite LQ45 pagi ini.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.20 WIB, saham HMSP melesat 6,08 persen ke Rp960 saham. Nilai transaksi mencapai Rp34,71 miliar dan volume perdagangan 36,87 juta saham.
Dengan ini, saham HMSP sudah mengalami tren kenaikan jangka pendek selama 4 hari beruntun. Dus, selama sepekan, saham produsen rokok Sampoerna tersebut melonjak 15,76 persen.
Sejak awal tahun (YtD), saham HMSP juga menguat 13,69 persen.
Investor akhir-akhir ini rajin memborong saham HMSP, termasuk rokok raksasa lainnya, kendati tren jangka menengah dan panjang saham ini masih turun (downtrend) seiring sentimen soal kenaikan tarif cukai rokok selama beberapa tahun terakhir.
Teranyar, pada 2023, pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar rata-rata 10 persen.
Sebagai gambaran, kinerja 3 tahun HMSP masih anjlok 53,64 persen.
Kabar teranyar dari perseroan mungkin bisa menjadi sentimen positif bagi saham HMSP.
Sebagaimana disebutkan dalam laporan NH Korindo Sekuritas Indonesiabertajuk “Morning Brief” yang dirilis pada Rabu (18/1), HMSP telah mengoperasikan pabrik produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, Jawa Barat.
Adapun, pabrik tersebut memproduksi IQOS-HEETS untuk memenuhi permintaan ekspor di Kawasan Asia Pasifik maupun domestik.
Sedikit disinggung di atas, kenaikan saham HMSP berbarengan dengan reli jangka pendek saham rokok lainnya.
Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), misalnya, sudah naik 5 hari beruntun. Dalam seminggu, saham ini melonjak 25,84 persen. Sama seperti HMSP, dalam 3 tahun, harga saham HMSP anjlok signifikan (-60,07 persen).
Melesatnya saham GGRM dalam belakangan ini seiring dengan sentimen positif dari proyek pembangunan Jalan Tol Kediri-Tulungagung oleh anak usahanya.
Menurut laporan NH Korindo Sekuritas Indonesiabertajuk “Morning Brief” yang dipublikasikan pada Kamis (12/1), GGRM menyuntikkan modal sebesar Rp7 triliun kepada anak usahanya, yakni PT Surya Kerta Agung (SKA) guna mendukung rencana proyek pembangunan Jalan Tol Kediri-Tulungagung.
Dalam laporan tersebut disebutkan, pembangunan tersebut dilakukan oleh PT Surya Kerta Agung Toll (SKT) yang merupakan anak usaha SKA.
Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga sempat naik 3 hari beruntun sebelum terkoreksi 0,65 persen pagi ini.
Kocok Ulang Penghuni LQ45
Sebelumnya, BEI mengevaluasi kembali daftar emiten yang masuk dalam indeks LQ45 pada Rabu (25/1).
Melansir penumuman evaluasi indeks yang dikutipdalam keterbukaan informasi, setidaknya terdapat enam emiten yang menjadi penghuni baru indeks LQ45.
Dalam pengumuman tersebut disebtukan, daftar konstituen LQ45 ini untuk periode Februari hingga Juli 2023.
“Daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks pada indeks-indeks tersebut akan efektif berlaku pada tanggal 1 Februari 2023,” tulis Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional BEI, Pande Made Kusuma Ari.
Adapun, emiten retail PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan perusahaan minyak PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) masuk dalam indeks ini.
Selain kedua emiten tersebut, emiten PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) turut menjadi penghuni anyar indeks LQ45.
Asal tahu saja, ESSA merupakan emiten yang bergerak di bidang penyediaan minyak bumi . Sementara SCMA merupakan anak usaha dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang merupakan induk dari SCTV. Adapun SIDO adalah produsen jamu terbesar di Tanah Air.
Terakhir, emiten milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga bergabung dengan lima emiten lainnya yang masuk pada indeks LQ45 pada periode ini.
Selain terdapat emiten yang masuk indeks LQ45, BEI melaporkan sejumlah emiten yang terdepak dari indeks ini.
Emiten tersebut di antaranya adalah PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)
Informasi saja, BFIN adalah emiten yang bergerak di bidang leasing. Sementara ERAA merupakan pengecer ponsel, dan MIKA merupakan emiten rumah sakit.
Di samping itu, raksasa rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan emiten BUMN Karya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga terdepak dari indeks LQ45.
Adapun, emiten media PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) juga menjadi emiten yang keluar dari indeks LQ45 di periode ini.
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.