IDXChannel - Keluarga pengusaha tambang asal Kalimantan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam, mulai merambah bisnis makanan cepat saji.
Melalui PT Shankara Fortuna Nusantara, keluarga Haji Isam resmi mengakuisisi 15 persen saham PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI), distributor utama KFC di Indonesia, senilai Rp54,4 miliar.
Aksi ini membuat saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang waralaba KFC, melonjak hingga auto rejection atas (ARA) 25 persen ke level Rp346 per saham pada Jumat (4/7/2025).
Dengan akuisisi ini, kepemilikan FAST—yang terafiliasi dengan Keluarga Gelael dan Salim—di JAI berkurang dari 70 persen menjadi 55 persen. JAI sendiri tengah menggarap proyek peternakan ayam terintegrasi di Banyuwangi, Jawa Timur, di atas lahan seluas 8,6 juta meter persegi.
PT Shankara Fortuna Nusantara merupakan perusahaan milik Liana Saputri—putri dari Haji Isam—bersama sang suami, Putra Rizky Bustaman.
Dari Sopir Truk ke Bos Tambang
Lahir di Batulicin, Kalimantan Selatan, pada 1 Januari 1977, nama Samsudin Andi Arsyad atau Haji Isam kini dikenal sebagai salah satu pengusaha tambang batu bara kenamaan di Indonesia.
Mengutip buku Menilik Hubungan Erat Pengusaha Batu Bara, Haji Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam dengan Pesohor (TEMPO Publishing, 2019), anak pasangan Andi Arsyad dan Wardatul Wardiyah ini tumbuh di keluarga besar. Ayahnya, seorang perantau asal Bugis, Makassar, semula berdagang tembakau sebelum menetap di Kalimantan.
Sejak kecil, Isam hidup sederhana. Masa sekolah ia habiskan di kampung halamannya, Batulicin. Selepas lulus SMA Negeri 1 Batulicin pada 1996, ia tak melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Isam muda memilih bekerja sebagai sopir truk pengangkut kayu, di tengah maraknya penebangan liar yang melanda Kalimantan saat itu.
Tiga tahun bekerja di atas roda membuat pergaulan Isam kian luas. Ia mengenal para pemain besar di bisnis kayu, tambang, hingga pengusaha lokal. Salah satu yang paling berpengaruh ialah Johan Maulana, seorang penambang batu bara lokal. Dari perkenalan inilah jalan hidup Isam berubah total.
Pada 2001, ia mulai menekuni bisnis tambang dengan menjadi kontraktor pelaksana. Berbekal pinjaman modal dari Johan, Isam menyewa alat berat dan mendirikan PT Jhonlin Baratama, yang awalnya hanya berbentuk CV. Perusahaannya saat itu baru mampu menambang sekitar 5.000 ton batu bara per bulan, namun perlahan berkembang hingga bisa membeli alat berat sendiri.
Pada 2003, Jhonlin mulai menambang di lahan PT Arutmin Indonesia, anak usaha Bumi Resources Tbk (BUMI) milik keluarga Bakrie. Bisnisnya pun terus melebar. Pada 2007, ia masuk ke ladang tambang PT Alta70, lalu PT Berkat Benua Inti, dan PT Praditya Baramulya pada 2008.
Dalam waktu singkat, bendera Jhonlin berkibar di berbagai lini usaha. Tak hanya tambang, Isam juga merambah bisnis pelayaran lewat Jhonlin Marine yang mengoperasikan kapal tongkang pengangkut batu bara. Di sektor properti, ia mengembangkan kawasan Bumi Jhonlin Indah di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Bisnis penerbangan juga digarapnya. Jhonlin Air Transport kini memiliki pesawat Fokker dan helikopter, melayani kebutuhan transportasi udara, terutama untuk mendukung operasional bisnis tambang.
Belakangan ini, Grup usaha Isam tercatat melakukan sejumlah aksi ekspansi besar, mulai dari sektor agribisnis, alat berat, hingga pelabuhan.
Langkah ekspansi teranyar dilakukan lewat pembelian besar-besaran alat berat. Pada akhir Juni 2024 lalu, Jhonlin Group menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan alat berat asal China, SANY Group.
Tak tanggung-tanggung, Haji Isam memesan 2.000 unit ekskavator untuk mendukung proyek pertanian yang tengah digarap perusahaannya. Jumlah pembelian ini bahkan disebut-sebut sebagai rekor dunia.
Di sektor agribisnis, ekspansi juga dilakukan melalui PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR). Sejak tahun lalu, JARR mulai memproduksi minyak goreng kemasan dengan kapasitas 250 ton per hari. Perusahaan ini pun menargetkan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak goreng tambahan berkapasitas 60 ton per hari.
Tak berhenti di situ, JARR juga tengah merampungkan proses merger dengan PT Jhonlin Agro Lestari (JAL), entitas anak usaha lain di sektor perkebunan sawit dan biodiesel. Merger ini akan memperkuat penguasaan Haji Isam di bisnis biodiesel sekaligus memperbesar lahan perkebunan kelapa sawit milik grup Jhonlin.
Sementara itu, di sektor logistik, Haji Isam memperkuat kendali dengan mengakuisisi saham mayoritas PT Dana Brata Luhur Tbk. (TEBE), perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur pelabuhan dan jasa logistik pertambangan.
Lewat PT Dua Samudera Perkasa, Haji Isam membeli 505 juta saham TEBE atau setara 39,31 persen dengan nilai transaksi sekitar Rp252,58 miliar pada Maret 2025. Setelah akuisisi ini, porsi kepemilikan grup Jhonlin di TEBE mencapai 71,15 persen, menjadikan perusahaan ini sebagai pengendali utama. (Aldo Fernando)