sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ketiban ‘Berkah’ Pasien saat Pandemi 2021, Kinerja RS Siloam (SILO) Loyo di Tahun Ini

Market news editor Melati Kristina - Riset
20/06/2022 11:20 WIB
Sempat membukukan pendapatan jumbo tahun lalu, kinerja emiten pengelola rumah sakit (RS) Siloam (SILO) merosot sepanjang 3 bulan pertama tahun ini.
Ketiban ‘Berkah’ Pasien saat Pandemi 2021, Kinerja RS Siloam (SILO) Loyo di Tahun Ini. (Foto: MNC Media)
Ketiban ‘Berkah’ Pasien saat Pandemi 2021, Kinerja RS Siloam (SILO) Loyo di Tahun Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Kasus Covid-19 memuncak pada tahun 2021 lalu. Bahkan, pada bulan Juli di tahun tersebut, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 melonjak hingga 56 ribu orang per hari.

Meningkatnya pandemi berimbas pada penuhnya rumah sakit berbagai wilayah, khususnya di Ibu Kota. Adapun keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 93 persen.

Sebagai salah satu rumah sakit (RS) yang menangani kasus Covid-19, Rumah Sakit Siloam juga mengalami peningkatan jumlah pasien Covid-19. Tercatat selama pandemi di tahun 2021, rumah sakit ini telah merawat sebanyak 6.951 pasien pada kuartal pertama di tahun tersebut.

Rumah sakit yang tersebar di 15 cabang di Jabodetabek tersebut memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 7.682 tempat tidur. Sementara sebanyak 1.035 tempat tidur diperuntukkan bagi perawatan pasien Covid-19.

Membludaknya pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut tentunya menyumbang peningkatan pendapatan emiten ini.

PT Siloam International Hospitals atau SILO memperoleh Rp9,83 triliun pendapatan bersih sepanjang tahun 2021. Angka tersebut melonjak sebesar 31,95 persen dibanding pendapatan emiten ini di tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan laba bersih SILO pada 2021 meroket hingga 480,32 persen.

Dilansir dari laporan keuangannya, pendapatan SILO disumbang dari rawat inap yakni sebesar 5,23 triliun. Meningkatnya pendapatan dari rawat inap emiten ini seiring dengan melesatnya pasien Covid-19 yang di rawat di berbagai Rumah Sakit Siloam. Per Juni 2021 lalu, pasien rawat inap Covid-19 di Rumah Sakit Siloam mencapai 15 ribu pasien.

Manajemen mengungkapkan, banyaknya pasien yang memercayakan Siloam sebagai rumah sakit perawatan Covid-19 sejalan dengan kinerja baik rumah sakit dalam memberikan fasilitas dan pelayanannya kepada pasien.

“Kami selalu memprioritaskan pengalaman pasien untuk memastikan bahwa pasien kami mendapatkan layanan terbaik. Kami juga terus berusaha memastikan bahwa pasien kami dirawat oleh para profesional,” tulis manajemen sebagaimana dikutip dari public expose SILO tahun 2021.

Transisi Endemi, Kinerja Keuangan dan Saham SILO Melempem

Baiknya kinerja keuangan SILO pada tahun 2021 berdampak positif bagi kinerja sahamnya. Di tahun yang sama, SILO menunjukkan pertumbuhan kinerja saham sebesar 76 persen secara year to date (YTD).

Akan tetapi, emiten ini tak mampu mempertahankan kinerja positif tersebut di tahun 2022. Sepanjang tahun ini, kinerja saham SILO terpantau merosot hingga minus 6,71 persen per Jumat (17/6).

Turunnya kinerja saham SILO seiring dengan menurunnya kinerja keuangan emiten ini di tahun 2022. Adapun laba bersih yang diperoleh SILO pada Triwulan I-2022 tercatat merosot sebesar minus -31 persen secara tahunan  (year on year/yoy). Sementara pendapatan bersih emiten ini juga turun sebesar -3,35 persen menjadi Rp2,22 triliun pada triwulan pertama tahun ini.

Turunnya baik kinerja saham maupun keuangan emiten ini dipengaruhi dengan melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air. Penurunan kasus Covid-19 diiringi dengan proses transisi pandemi menuju endemi yang digaungkan Presiden Joko Widodo.

“Kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi serta belajar hidup bersama dengan Covid,” kata Presiden, dikutip dalam siaran pers, Jumat (10/9/2021).

Selain itu, menurunnya saham emiten rumah sakit ini salah satunya juga dipengaruhi mahalnya valuasi saham SILO yang melejit di awal pandemi. Bila dianalisis dari Price Earnings Ratio (PER), emiten ini memiliki rasio sebesar 32,57 kali.

Rasio tersebut terlampau tinggi sebab pada umumnya harga saham suatu perusahaan dianggap murah bila rasionya berada di bawah angka 10 kali.

Informasi saja, PER adalah metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER, maka perusahaan akan dianggap semakin murah. (ADF)

Periset: Melati Kristina

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement