IDXChannel –Transisi energi melalui pengembangan sumber energi baru terbarukan (EBT) terus diupayakan pemerintah guna mengurangi ketergantungan akan batu bara yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar pengembangan ekonomi hijau benar-benar menjadi komitmen pemerintah.
“Harus kita pastikan berjalannya investasi itu untuk menggeser pembangkit batu bara dan menggantikannya dengan energi baru terbarukan,” katanya, dalam sidang kabinet paripurna, Rabu (17/11/2021).
EBT merupakan sumber energi yang dapat cepat dipulihkan secara alami dan prosesnya berkelanjutan. Adapun sumber energi tersebut dapat berasal dari tenaga surya, angin, arus air, proses biologi hingga panas bumi.
Pengembangan EBT sejalan dengan komitmen Indonesia dan dunia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca seiring dengan isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 yaitu sustainable energy transition atau transisi energi berkelanjutan.
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia rentan terhadap perubahan iklim termasuk meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menjadi salah satu ancaman nyata.
“Menurut penelitian, Indonesia akan terkena dampak sebesar 0,66 persen hingga 3,45 persen dari PDB (produk domestik bruto) kita pada tahun 2030 karena perubahan iklim,” katanya secara daring dalam acara B20-G20 Dialogue: Energy, Sustainability, and Climate Task Force pada Selasa (30/8), dilansir dari Kementerian Keuangan.
Adapun menurut data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, Indonesia telah menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) pada tahun 2019.
Selain itu, dalam data tersebut turut disebutkan bahwa sektor energi menyumbang emisi gas rumah kaca nasional terbesar, yakni mencapai 638,8 juta ton CO2e di tahun 2019.
Oleh sebab itu, guna mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi, transisi energi perlu dilakukan secara tepat agar pertumbuhan Indonesia tidak terganggu.
Dengan demikian, Indonesia perlu mengoptimalkan pengembangan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) agar kedepannya dapat mengurangi ketergantungan akan batu bara.
Adapun pemanfaatan EBT sudah mulai marak dikembangkan oleh perusahaan yang usahanya bergerak di sektor energi bersih, salah satunya yaitu PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) yang merupakan produsen EBT khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Emiten ini telah mengoperasikan hydropower plant di Sumatera Utara yaitu PLTA Pakkat yang kapasitasnya mencapai 18 Megawatt (MW) melalui PT Energi Sakti Santosa.
KEEN juga mengoperasikan hydropower plant di Bengkulu dengan kapasitas 21 MW. Tak hanya mengembangkan hydropower plant, KEEN juga mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Toraja Utara berkapasitas 10 MW.
Diakusisi Perusahaan Listrik Terbesar asal Jepang
Pada Februari lalu, saham KEEN diakuisisi oleh investor asal Jepang yakni TEPCO Renewable Power Inc sebesar 25 persen senilai Rp394,12 miliar.
TEPCO merupakan perusahaan tenaga listrik terbesar di Jepang yang salah satu unit bisnisnya megembangkan PLTA yaitu Kannagawa Hydro Power Plant di Gunma Prefecture, Jepang.
Adapun kerja sama ini sejalan dengan komitmen TEPCO dalam menghadirkan pemahaman baru di bidang EBT dan teknologi baru di bidang operasi serta pemeliharaan.
Menurut Presiden Direktur TEPCO, Fubasami Seiichi, akusisi saham KEEN menjadi langkah strategis TEPCO dan terobosan besar bagi perusahaan asal Jepang tersebut.
“Karena langkah ini menandai investasi pertama TEPCO Renewable Power, Inc. di perusahaan energi baru terbarukan di luar negeri di luar Jepang yang mengelola beberapa perusahaan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan," katanya, Rabu (16/2).
Sedangkan Wakil Presiden Direktur KEEN, Wilson Maknawi ikut menjelaskan, kehadiran TEPCO menjadi jawaban atas upaya manajemen dalam 3 tahun belakangan dalam mengembangkan bisnis perseroan.
“TEPCO RP dipilih menjadi investor strategis karena punya kesamaan visi dengan KEEN dalam mengembangkan energi hijau sekaligus memberi nilai tambah bagi pemegang saham Perseroan,” ujar Wilson.