Margin laba bersih pun terkoreksi menjadi 9,8 persen, sebagian besar dipicu oleh depresiasi nilai tukar rupiah, kenaikan biaya tenaga kerja, serta faktor musiman. Margin laba kotor juga turun ke 17,4 persen dari 18,4 persen pada kuartal IV-2024.
Prospek otomotif 2025 terbatas dan selektif
Samuel Sekuritas memperkirakan penjualan kendaraan roda empat turun hingga 5 persen sepanjang 2025 menjadi sekitar 820–840 ribu unit. Penurunan ini imbas suku bunga tinggi dan lemahnya daya beli yang mendorong pergeseran konsumen ke segmen roda dua.
Permintaan sepeda motor juga diperkirakan melemah pada paruh kedua 2025, sehingga menjadi tantangan bagi pertumbuhan DRMA meski ada ekspansi ke segmen kendaraan listrik dan diversifikasi ke luar otomotif.
"DRMA juga menghadapi tekanan tambahan dari depresiasi rupiah, mengingat sekitar 30 persen dari beban pokok penjualannya terhubung dengan mata uang dolar AS," tulis riset Samuel Sekuritas pada Rabu (28/5/2025).
Proyek energi tertunda, dampak positif belum terealisasi
Rencana DRMA untuk terlibat dalam proyek Battery Energy Storage System (BESS) senilai Rp2,6 triliun mengalami penundaan. Posisi kepemilikan DRMA dalam joint venture dengan mitra asal Tiongkok belum pasti, menyusul restrukturisasi proyek oleh pemerintah.