Risiko ICBP, kata Christy, berasal dari lonjakan harga CPO, termasuk minyak goreng yang membuat margin laba kotor berada di level 34,9 persen pada semester I-2025. Dengan asumsi harga gandum yang stabil, dia memprediksi margin laba bertengger di level 36,4 persen sepanjang 2025 dengan asumsi penjualan meningkat.
Dia juga memangkas proyeksi penjualan ICBP pada 2025 sebesar 2,7 persen dan 5 persen pada 2026. Kondisi ini mencerminkan pertumbuhan volume dan ASP masing-masing 3,5 persen dan 1,8 persen (sebelumnya 4,5 persen dan 3,6 persen).
Christy memprediksi pada 2025, penjualan bersih ICBP tumbuh 5 persen menjadi Rp76,4 triliun dengan laba bersih naik 38 persen ke Rp9,75 triliun. Namun, laba inti diperkirakan tumbuh negatif 6,8 persen.
Kendati demikian, dia tetap mempertahankan rating BELI pada saham ICBP. Namun, target harga dipangkas dari Rp14.000 menjadi Rp12.000. Saat ini, harga saham ICBP berada di level Rp9.900, yang mencerminkan potensi upside sekitar 21 persen.
Pada semester I-2025, ICBP mencetak laba bersih Rp5,54 triliun, melesat 56 persen secara tahunan. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh lebih rendahnya rugi selisih kurs yang belum terealisasi dari kegiatan pendanaan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.