Di tengah tren pertumbuhan bisnis yang moncer tersebut, SBMA mampu mengontrol beban pokok pendapatan di angka Rp46,59 miliar. Hal tersebut membuat catatan laba kotor Perseroan menjadi Rp50,02 miliar, naik dibandingkan catatan pada periode sama tahun lalu, yang masih sebesar Rp38,28 miliar.
EBITDA yang dimiliki SBMA juga melonjak hingga 56,42 persen menjadi Rp15,79 miliar dari sebelumnya Rp10,09 miliar. Menariknya, total aset SBMA ini melesat jadi Rp290,72 miliar per 30 September 2024, dibandingkan periode sama di 2023 yang tercatat Rp276,17 miliar.
Hal ini seiring pertumbuhan ekuitas SBMA tercatat Rp224,13 miliar dan liabilitas hanya Rp66,59 miliar.
Sehatnya keuangan SBMA bisa terlihat juga dari sisi kas dan bank di akhir periode 30 September 2024 yang naik jadi Rp11,43 miliar dari sebelumnya Rp7,63 miliar.
Menurut Direktur Operasional SBMA, Julianto Setyoadji, guna menjaga dan menaikkan profitabilitas, SBMA tetap concern akan pengembangan aplikasi Gas, support sektor smelter dan sektor unggulan lainnya, serta internal development, termasuk utilitas dan optimalisasi Plant, Sarana dan SDM.