sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah TINS, Produsen Timah Kelima Terbesar Dunia yang Terjerat Kasus Korupsi

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
02/04/2024 15:56 WIB
Di tengah kasus korupsi, TINS juga membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp449,7 miliar di 2023.
Kisah TINS, Produsen Timah Kelima Terbesar Dunia yang Terjerat Kasus Korupsi. (Foto: PT Timah)
Kisah TINS, Produsen Timah Kelima Terbesar Dunia yang Terjerat Kasus Korupsi. (Foto: PT Timah)

Tantangan Komoditas Timah di 2024

Melansir International Tin Association, tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan bagi PT Timah yang mengakibatkan penurunan produksi sebesar 23 persen, sedangkan Malaysia Smelting Corporation justru mencatatkan peningkatan.

Pada 2023 terjadi pertumbuhan produksi yang moderat dari produsen China, yakni Yunnan Chengfeng dan Guangxi China Tin, yang masing-masing menempati posisi ketiga dan keenam.

Total produksi timah di China juga turun 1,3 persen menjadi 177 ribu ton pada 2023.

Pasokan sekunder global juga meningkat sebesar 7,5 persen pada tahun 2023, pulih dari penurunan 6,6 persen pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan produksi timah olahan sekunder terbagi rata antara Eropa dan China

“Di samping sulitnya iklim ekonomi makro yang berdampak pada permintaan, penurunan produksi timah global menghasilkan surplus pasar sebesar 9.700 ton,” tulis International Tin Association.

Pemulihan permintaan yang diharapkan dan gangguan pasokan yang sedang berlangsung terutama di Negara Bagian Wa dan Indonesia dapat menyebabkan terbatasnya pasokan pada 2024.

“Kami mengantisipasi pembalikan stok yang signifikan seperti yang terjadi pada 2023,” lanjut laporan International Tin Association.

Informasi saja, harga komoditas timah berjangka (futures) kini turun 0,27 persen di level USD27.451 per ton, terkoreksi dari level tertinggi dalam delapan bulan sebesar USD28.700 per ton yang dicapai pada tanggal 18 Maret di tengah berkurangnya kekhawatiran akan ketatnya pasokan.

Indonesia selaku eksportir utama timah memulai kembali operasi penambangan logamnya setelah pemerintah mengeluarkan kuota produksi baru untuk lebih dari 40 ribu ton timah untuk 2024.

Penerbitan kuota ini meredakan kekhawatiran sebelumnya mengenai penundaan operasional produksi yang bisa menyebabkan penangguhan rantai pasokan hingga hampir memicu penghentian ekspor selama bulan Januari 2024.

Namun, kekhawatiran mengenai penundaan kuota berikutnya membuat penjual tetap khawatir, sehingga membatasi penurunan harga. Hal ini diperburuk dengan terhentinya aktivitas penambangan normal secara berkepanjangan di Negara Bagian Wa, Myanmar, yang merupakan salah satu pemasok utama timah bagi China. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement