IDXChannel - Meningkatnya harga komoditas tambang membuat permintaan alat berat meningkat, hal ini mendorong kinerja PT United Tractors (UNTR) di 2021.
Emiten penjual alat berat merk Komatsu ini berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 10,28 triliun sepanjang 2021. Realisasi ini naik 71,2 persen dari laba bersih yang dibukukan pada tahun 2020 sebesar Rp 6 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan di keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (28/2/2022), kenaikan laba bersih ini diiringi dengan kenaikan pendapatan. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini membukukan pendapatan senilai Rp 79,46 triliun, naik 31,67 persen dari pendapatan pada tahun 2020 sebesar Rp 60,34 triliun.
Dari segmentasi bisnis, mesin konstruksi menyumbang 29 persen terhadap total pendapatan bersih UNTR. Disusul pendapatan dari kontraktor penambangan sebesar 42 persen, pertambangan batu bara sebesar 17 persen, pertambangan emas sebesar 10 persen, dan industri konstruksi sebesar 2 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Rinciannya, pendapatan UNTR dari bidang mesin konstruksi naik sebesar 70 persen menjadi Rp 22,8 triliun dibandingkan pada periode tahun 2020 yang hanya Rp13,4 triliun. Volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 3.088 unit atau naik 97 persen secara year-on-year (yoy).
Meningkatnya harga batubara dan peningkatan aktivitas di sektor pengguna alat berat berdampak pada meningkatnya permintaan alat berat. Tak hanya Komatsu, penjualan produk merk lainnya yaitu UD Trucks juga mengalami peningkatan dari 224 unit menjadi 375 unit, serta penjualan produk Scania naik dari 217 unit menjadi 545 unit sepanjang 2021.
Di segmen kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA), UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp33,2 triliun, naik sebesar 14 persen secara yoy. Pendapatan unit usaha di bidang pertambangan batubara yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) juga meningkat.
Meski demikian, total penjualan batubara pada tahun 2021 menurun sebesar 3 persen menjadi 9,0 juta ton. Hanya saja, seiring dengan meningkatnya rata-rata harga jual batubara, pendapatan unit usaha tambang Batubara meningkat sebesar 44 persen dari periode yang sama di tahun 2020 menjadi Rp 13,7 triliun.
Pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources juga meningkat sebesar 19 persen secara yoy menjadi Rp 8,3 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan volume penjualan emas dari tambang emas Martabe sebesar 3 persen menjadi sebanyak 330 ribu ons yang dikombinasikan dengan kenaikan rata-rata harga jual emas.
Pendapatan UNTR dari segmen konstruksi yang dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST) juga tumbuh positif. Sampai dengan triwulan keempat tahun 2021, ACST membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,5 triliun atau naik 21 persen dari periode yang sama tahun 2020.
ACST masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 696 miliar tahun lalu. Namun, kerugian ini menurun dibandingkan rugi bersih pada periode tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun. Kerugian bersih terutama disebabkan oleh perlambatan beberapa proyek yang sedang berlangsung dan berkurangnya peluang proyek konstruksi baru selama pandemi. (RAMA)