Selain berinvestasi di sektor konsumer, menurut Richardson, investor asing juga sudah melirik potensi di perusahaan digital kesehatan, logistik, dan pendidikan sebagai target penempatan dana investasinya. Kepercayaan investor asing yang tinggi tersebut dikarenakan perusahaan digital kesehatan, logistik, dan pendidikan sudah terbukti bermanfaat serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia ketika pandemik Covid-19 berlangsung.
"Contohnya HaloDoc menjadi perusahaan digital kesehatan yang membantu pemerintah dalam menyalurkan vaksin dan obat, sehingga perusahaan digital kesehatan, logistik, dan pendidikan akan menjadi primadona selanjutnya bagi investor asing yang akan menginvestasikan uangnya di perusahaan digital," ungkap Richardson.
Sebelum investor asing masuk dan berinvestasi di perusahaan digital, sebenarnya sudah banyak perusahaan nasional yang menempatkan dananya di perusahaan digital tersebut. Sebut saja BCA, Telkomsel, maupun Bank Mandiri yang sudah menjadi investor dan menanamkan dana cukup besar di perusahaan digital.
Perusahaan seperti Telkomsel yang berinvestasi di perusahaan digital dinilai Richardson memiliki perhitungan yang sangat matang. Mereka tentunya sudah melihat potensi tumbuhnya ekonomi digital nasional dan rencana bisnis masing-masing perusahaan yang menjadi target.
"Mereka yang berinvestasi di perusahaan digital pasti memiliki perhitungan mengenai potensi dari ekonomi digital nasional dan potensi perusahaan yang menjadi target investasinya. Misalnya Telkomsel investasi di perusahaan digital seperti GoTo, HaloDoc, dan TaniHub. Pasti mereka melihat potensi sinergi dengan core bisnis utama mereka selama ini yaitu konektivitas. Jadi diharapkan investasi mereka di perusahaan digital akan menciptakan sinergi positif ke bisnis utama mereka dan menciptakan nilai tambah," papar Richardson.