IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada perdagangan Kamis (20/7/2023). Rupiah naik 20 poin ke level Rp14.986 dari penutupan sebelumnya di Rp15.997.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, menilai mata uang dolar AS masih lemah, pelaku pasar wait and see menjelang pertemuan Federal Reserve minggu depan, dengan bank sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
"Fokus sebagian besar tetap pada apakah Fed akan memberi sinyal jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga, mengingat pelemahan inflasi AS baru-baru ini. Indeks manufaktur Fed Philadelphia, klaim pengangguran, dan penjualan perumahan menjadi berita utama pada kalender data Kamis yang jarang," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (20/7/2023).
Selain itu, Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi ketika bertemu minggu depan, tetapi pembuat kebijakan dalam beberapa hari ini mengambil nada yang lebih dovish tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Inflasi di zona euro hampir setengahnya, turun menjadi 5,5% pada Juni dari puncaknya 10,6% Oktober lalu, membuat 35 dari 75 ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan tidak ada lagi kenaikan, sementara 40 ekonom sekarang memperkirakan kenaikan 25 basis poin lagi pada September.
Sementara itu, ekonomi domestik sedang diganggu oleh Jerman yang tengah menghadapi serangkaian ujian berat. Inflasi tinggi menyeret Jerman ke dalam resesi pada kuartal I 2023. Begitu pula Singapura yang terancam masuk ke jurang resesi. Hal ini menunjukan bahwa resesi global masih akan berlangsung.
Namun resesi ini tidak akan merembet ke Indonesia. Meskipun, Indonesia memiliki hubungan perdagangan dengan kedua negara tersebut. Karena Indonesia memiliki struktur ekonomi yang lebih bergantung kepada permintaan domestik bukan ke ekspor atau perdagangan luar negeri.
"Walaupun permintaan terhadap produk-produk Indonesia di Jerman dan Singapura berpotensi menurun. Karena kontribusi ekspor terhadap ekonomi indonesia tidak besar hanya di kisaran 10-15%," ungkap Ibrahim.
Hal tersebut bisa terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan berjalan normal di kisaran 5% dibanding periode tahun sebelumnya sebesar 5,3%. Selain itu, memperhitungkan tren pra-pemilu yang akan terlihat di paruh kedua 2023.