Selain itu, LKH juga menyukai perusahaan yang memiliki laba bersih jumbo. Dia tidak tertarik untuk membeli perusahaan yang memiliki laba bersih kecil, apalagi perusahaan tersebut terus merugi.
"Perusahaan rugi saya nggak mau beli. Perusahaan yang cuannya kecil saya juga nggak mau beli. Saya hanya beli fokus pada perusahaan yang cuannya besar," katanya.
Pria yang berinvestasi sejak 1988 itu juga tak tertarik membeli saham IPO. Dia menuturkan pengalaman gagalnya saat mengawali investasi saham karena ikut-ikutan membeli saham IPO.
Kini, dia hanya fokus mencari wonderful company yakni perusahaan dengan laba besar dan terus tumbuh (growing) dengan harga yang menarik. Dia mengistilahkannya sebagai "Membeli Mercy dengan Harga Bajaj".
"Nikmat sekali kalau kita punya perusahaan yang untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Kita seperti memiliki mesin pencetak uang," ujar LKH.
(Rahmat Fiansyah)