Malaysia juga dinilai mampu untuk menghasilkan 18,5 juta ton CPO pada tahun 2022. Optimisme tersebut, terang Ahmad, bakal menjadi tantangan mengingat masalah kekurangan tenaga kerja yang tak kunjung sirna.
Sebagai catatan, volume persediaan CPO Malaysia meningkat pada akhir Agustus lalu di level tertinggi lebih dari dua tahun terakhir. Selain karena penurunan ekspor, produksi tandan buah segar mengalami peningkatan menyusul puncak musim panen yang sedang berlangsung.
Di Indonesia, persediaan CPO telah meningkat tajam sejak kebijakan pembatasan ekspor yang diberlakukan dari awal tahun. Ahmad membaca para pedagang minyak sawit RI sengaja menurunkan harga agar lebih murah daripada produk Malaysia, demi mengurangi persediaan mereka, sekaligus membantu petani perkebunan.
"Saya tidak heran jika mereka (Indonesia) memperpanjang kebijakan itu, meskipun itu masih tergantung pada persediaan. Mereka ingin menurunkan stok ke level yang terkendali," pungkas Ahmad. (FAY)