Ke depannya, manajemen mengaku, secara global permintaan pakaian jadi global diperkirakan akan meningkat secara bertahap seiring dengan meredanya inflasi. Dominasi China pada pangsa pasar garmen global juga telah berkurang, serta adanya ketidakstabilan politik di Bangladesh memberikan peluang bagi produsen garmen Indonesia.
"Meskipun kondisi global diperkirakan membaik, perseroan menargetkan pertumbuhan moderat selama beberapa tahun ke depan dengan adanya keterbatasan modal kerja," ujarnya.
Restrukturisasi Utang dan PKPU
Perseroan telah menggelar rapat dengan para kreditur yang juga dihadiri pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada Rabu (6/11). Perseroan mempresentasikan rencana bisnis dan ketentuan restrukturisasi kepada kreditur.
Manajemen mengungkapkan, rencana bisnis tersebut mencakup target penjualan untuk 2024, 2025, dan seterusnya. Perkiraan penjualan ini didasarkan pada ekspektasi penjualan berdasarkan diskusi dengan pelanggan saat ini.
"Dengan asumsi keterbatasan modal kerja, perseroan mengantisipasi penurunan penjualan lebih lanjut pada 2025. Periode 2026-2030 diperkirakan akan menjadi periode pemulihan bagi perseroan untuk meningkatkan penjualan dan menstabilkan kondisi modal kerja," tutur manajemen.
Berdasarkan proyeksi tersebut, diperkirakan tingkat utang berkelanjutan perseroan lebih rendah dari tingkat utang perseroan saat ini.