Hal ini membuat laba per saham dasar LPPF terpangkas menjadi Rp298 per saham, dari semula Rp582 per saham.
Kondisi ini berlangsung saat pendapatan usaha LPPF tumbuh 1,3% yoy menjadi Rp6,53 triliun, dari Rp6,45 triliun. Penjualan eceran hingga konsinyasi mampu bertahan masing-masing sebesar Rp3,7 triliun dan Rp2,7 triliun.
“Kinerja penjualan ini sebagian dipengaruhi oleh keterlambatan THR dan periode mudik dini yang tidak terduga. Meskipun terdapat tekanan inflasi, Margin Kotor mampu mencapai IDR 4,3 triliun. Tidak hanya itu, dengan pengurangan subsidi sewa, EBITDA untuk tahun ini dapat mencapai Rp 1,4 triliun,” kata manajemen dalam keterangan resminya, Senin (26/2/2024).
Total aset LPPF akhir Desember 2023 naik 2,26% yoy menjadi Rp5,88 triliun, sementara jumlah kewajiban utang atau liabilitas membengkak 13,14% yoy menjadi Rp5,84 triliun. Alhasil, rasio utang terhadap aset (DER) LPPF membengkak signifikan.
Jumlah modal bersih atau ekuitas juga berkurang drastis hingga mencapai Rp30,73 miliar. Sementara kas dan setara kas yang ada dalam genggaman akhir 2023 tersisa Rp457,62 miliar.
(YNA)