sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
13/10/2023 07:30 WIB
Dampak dari adanya perang Israel-Hamas Palestina ini sempat membuat pasar saham maupun komoditas bergejolak.
Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia. (Foto: Freepik)
Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Perang Israel-Palestina masih terus berlangsung sejak pecah pada akhir pekan lalu. Dampak dari adanya perang ini sempat membuat pasar saham maupun komoditas bergejolak. Salah satu yang menjadi sorotan kini adalah harga minyak dunia.

Di awal pecahnya konflik, harga minyak mentah Brent naik USD4,18, atau 4,94 persen, menjadi USD88,76 per barel pada Senin (9/10) pukul 8.20 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di USD87,02 per barel, naik USD4,23, atau naik 5,11 persen.

Minyak mentah berjangka WTI melonjak lebih dari 3 persen menjadi di atas USD85 per barel pada penutupan perdagangan Senin. Kenaikan ini juga menutup beberapa kerugian dari minggu lalu setelah serangan Hamas terhadap Israel.

Menjelang akhir pekan, pada Kamis (12/10) harga minyak kembali turun di mana WTI diperdagangkan di kisaran USD83,11 atau melemah 0,46 persen dan Brent di level USD 85.57 per barel atau turun 0,29 persen.

Perang Berpeluang Lahirkan Krisis Energi

Sejarah telah mencatat peristiwa perang lekat dengan bergolaknya harga energi dunia. Sejumlah peristiwa yang melibatkan ketegangan geopolitik terutama di wilayah penghasil minyak seperti Timur Tengah.

Jika menengok sejarah, krisis minyak tahun 1973-1974 yang disebabkan oleh embargo minyak Arab Saudi karena pecahnya perang Yom Kippur,  menimbulkan dampak naiknya harga minyak hingga tiga kali lipat di atas USD100 barel.

Di saat yang sama, Iran juga memutuskan memangkas produksi yang menyebabkan batalnya sejumlah kontrak dengan perusahaan Amerika Serikat (AS). Gejolak harga minyak ini tidak hanya berdampak serius bagi negara-negara industri tetapi juga bagi perekonomian dunia. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Sumber: World Economic Forum (WEF)

Krisis minyak 1973 terjadi pada 15 Oktober 1973 hingga 1975 ini sempat menyebabkan terjadinya stagflasi di AS.

Pada 2011, gejolak demokratisasi di Timur Tengah yang lebih dikenal dengan istilah Arab Spring juga sempat mengangkat minyak ke harga tertinggi sepanjang sejarah mencapai USD120 per barel.

Perang kembali membawa dampak meroketnya harga minyak dari peristiwa penyerangan Russia ke Ukraina pada tahun lalu.

Harga minyak WTI tembus ke level USD110,18 per barel atau naik 6,5 pada periode Maret hingga Juni tahun lalu. Kenaikan harga juga terjadi pada minyak brent yang tembus di atas USD110 per barel. Minyak brent dan WTI berada di titik tertinggi sejak 2014.

Sejak periode tersebut, kenaikan harga minyak memicu meroketnya harga komoditas energi lainnya seperti gas alam dan batu bara.

Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga gas alam terkerek di awal 2022. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2021, harga gas alam naik 27,21 persen hingga 3 Maret 2022. Kika dibandingkan dengan posisi 8 Maret 2021, harga gas alam kala itu juga melonjak 78,12 persen.

Tak hanya gas alam, harga batu bara juga telah melonjak pada periode tersebut. Sepanjang Februari 2022, harga batu bara sudah menguat sebesar 38,22 persen secara month to month.

Memasuki Maret, harga batu bara kembali membara dengan menyentuh level USD446 per ton. Bahkan, jika dihitung secara year to date (ytd) kala itu, harga batu bara meroket hingga 233,83 persen.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement