sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
13/10/2023 07:30 WIB
Dampak dari adanya perang Israel-Hamas Palestina ini sempat membuat pasar saham maupun komoditas bergejolak.
Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia. (Foto: Freepik)
Menakar Dampak Perang Palestina-Israel Bagi Harga Minyak Dunia. (Foto: Freepik)

Peta Geopolitik Terbaru

Eskalasi perang antara Israel dan Palestina kini telah menarik perhatian sejumlah negara. Sejumlah pernyataan dan dukungan telah dilancarkan oleh beberapa negara, termasuk AS, Rusia, hingga China.

Di pihak Israel, negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO, yakni AS. Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia menyatakan dukungan terhadap Israel dan haknya untuk mempertahankan diri dari serangan kelompok Islam Palestina Hamas.

Pernyataan ini secara resmi dikeluarkan oleh sejumlah petinggi negara tersebut di antaranya residen AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni melalui telepon pada Senin (09/10/2023).

Sementara, tak sedikit juga negara yang bersimpati pada Hamas dan Palestina. Rusia sempat menyatakan melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, Maria Zakharova bahwa eskalasi konflik di wilayah itu sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Menurutnya, perlu ada cara-cara politik dan diplomatik.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan pihaknya merasa sedih dan prihatin serta mengutuk dengan keras tindakan yang telah merugikan warga sipil.

Dalam pernyataan lainnya, China juga memiliki pandangan yang mirip dengan Rusia. Beijing dan Moskow mengatakan solusi dari konflik keduanya adalah negara Palestina yang merdeka.

"Jalan keluar mendasar dari konflik ini terletak pada penerapan solusi dua negara dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka," kata Kementerian Luar Negeri China.

Di kasawasan Timur Tengah, Iran disebut terlibat dalam serangan Hamas ke Israel. Dalam laporan surat kabar Wall Street Journal, anggota Hamas yang tidak disebutkan namanya dan gerakan gerilya Hizbullah di Lebanon menyebut Iran memberi lampu hijau pada serangan tersebut sepekan lalu.

Saat ini Arab Saudi tengah dihadapkan pada pilihan dilema mengingat negara Raja Salman ini sedang dalam upaya memperbaiki hubungan diplomatik dengan Israel dan Iran.

Saudi selama ini menjadi pendukung kemerdekaan Palestina di Timur Tengah. Di sisi lain, Saudi juga memiliki kepentingan dalam upaya memperbaiki hubungan diplomatik dengan Israel dan Iran.

Skenario Dampak Perang Bagi Harga Minyak

Berdasarkan catatan Bloomberg, perang Israel-palestina tahun ini tidak terlihat seperti mengulangi krisis yang terjadi pada Oktober 1973.

Ini karena negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, Suriah, Arab Saudi, dan negara-negara Arab lainnya tidak menyerang Israel secara serentak. Mereka hanya menyaksikan kejadian tersebut dari luar, bukan membentuknya.

Kondisi pasar minyak sendiri tidak sama sebelum Oktober 1973. Saat itu, permintaan minyak sedang melonjak, dan dunia telah kehabisan seluruh kapasitas produksi cadangannya.

Sementara saat ini, pertumbuhan konsumsi telah melambat dan kemungkinan akan semakin melambat seiring dengan terwujudnya kendaraan listrik.

Selain itu, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memiliki kapasitas cadangan yang signifikan yang mereka gunakan untuk mengendalikan harga.

Terlebih, Arab Saudi melalui OPEC baru saja mengumumkan pemangkasan produksi minyak yang sempat membuat harga minyak menguat.

Meski demikian, Riyadh disebut akan puas dengan kenaikan harga minyak 10 hingga 20 persen lagi, menjadi sedikit di atas USD100 per barel dari level USD85 per barel seperti sekarang. Menurut Bloomberg, Riyadh disebut tidak berambisi mengejar target kenaikan lebih dari 100 persen di kisaran USD200 per barel.

Kondisi ini berbeda dengan 1973, di mana tepat sebelum embargo minyak pada Oktober tahun tersebut, negara-negara OPEC secara sepihak menaikkan harga resmi minyak mentah sekitar 70 persen.

Perlu diwaspadai, perang ini mungkin akan terasa bagi pasar minyak di 2024. Dampak paling langsung bisa terjadi jika Israel menyimpulkan bahwa Hamas bertindak berdasarkan instruksi Teheran.

Dalam skenario ini, harga minyak bisa naik jauh lebih tinggi. Pada 2019, Iran sempat membuktikan diri bahwa mereka mampu mengurangi sebagian besar kapasitas produksi minyak Saudi.

Hal ini bisa berarti tindakan yang sama seperti pembalasan jika mereka diserang oleh Israel atau Amerika.

Bahkan jika Israel tidak segera menanggapi Iran, dampaknya kemungkinan besar akan mempengaruhi produksi minyak Iran.

Sejak akhir tahun 2022, Washington menutup mata terhadap lonjakan ekspor minyak Iran dan mengabaikan sanksi AS. Prioritas di Washington adalah perdamaian informal dengan Teheran. Akibatnya, produksi minyak Iran telah melonjak hampir 700.000 barel per hari pada tahun ini.

Sepanjang tahun lalu, Iran juga masih masuk ke dalam jajaran negara produsen minyak terbesar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Menurut analisis Bloomberg, jumlah tersebut cukup untuk mendorong harga minyak hingga USD100 per barel dan mungkin lebih tinggi lagi.

Rusia akan mendapatkan keuntungan dari krisis minyak di Timur Tengah. Jika Washington menerapkan sanksi terhadap Iran, hal ini dapat menciptakan ruang bagi produksi minyak Rusia yang terkena sanksi akibat invasinya ke Ukraina tahun lalu.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement