Kekuatan Bisnis Rumah Sakit
Dari segi kekuatan bisnis, per 2021, HEAL memiliki jumlah rumah sakit terbanyak yakni mencapai 42 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara SILO memiliki rumah sakit sebanyak 40 rumah sakit.
Sedangkan emiten lain yaitu MIKA, PRAY, dan SAME memiliki rumah sakit masing-masing sebanyak 26, 14, dan 8 rumah sakit.
Sementara dari ketersediaan tempat tidur operasional, HEAL memilki jumlah tempat tidur terbanyak yaitu 5.527 unit per tahun 2021. Sedangkan SILO dan MIKA masing-masing memiliki tempat tidur sebanyak 3.687 dan 3.250 unit. (Lihat grafik di bawah ini.)
Selain emiten-emiten tersebut, PRAY memiliki ketersediaan tempat tidur mencapai 1.450 unit. Sedangkan SAME memiliki jumlah tempat tidur operasional paling sedikit sebanyak 995 unit.
Sementara dari kapasitas tempat tidur, SILO memiliki kapasitas paling banyak yaitu mencapai 8.450 unit. Sementara MIKA, kapasitas tempat tidurnya mencapai 3.979 unit.
Kinerja Keuangan Terkontraksi Meski Saham Masih Melesat
Berdasarkan kinerja keuangan emiten, seluruh emiten rumah sakit mencatatkan penurunan pendapatan bersih hingga laba bersih dibanding semester I-2021.
Kendati demikian, emiten yg mencatatkan penurunan pendapatan bersih dengan persentase terendah adalah SAME, yakni minus 1,54 persen menjadi Rp637,92 miliar.
Meski penurunan pendapatan bersih paling rendah, SAME justru membukukan rugi bersih di periode ini. Rugi bersih yang dibukukan yaitu Rp24,77 miliar. Padahal, di semester I-2021, SAME masih mencetak laba bersih sebesar Rp87,90 miliar.
Selain SAME, SILO dan MIKA juga memiliki pendapatan bersih dan laba bersih yang terkontraksi secara year on year (yoy).
Berdasarkan laporan keuangan emiten, pendapatan bersih SILO merosot di minus 4,93 persen menjadi Rp4,41 triliun. Sementara laba bersihnya juga anjlok minus 30,52 persen menjadi Rp210,30 miliar.
Sedangkan MIKA, baik pendapatan bersih maupun laba bersihnya juga merosot masing-masing di minus 13,27 persen dan minus 13,98 persen.
Adapun pendapatan bersih yang diperoleh emiten tersebut di semester I-2022 adalah Rp2,07 triliun. Sementara laba bersihnya turun menjadi Rp529,76 miliar di periode ini. (Lihat tabel di bawah ini.)
Selain itu, HEAL pendapatan bersihnya juga merosot menjadi Rp2,33 triliun atau terkontraksi di minus 24,82 persen. Sedangkan laba bersihnya ambles hingga minus 69,82 persen menjadi Rp164,39 miliar.
Bernasib sama dengan emiten di atas, pendapatan bersih Primaya dalam empat bulan pertama 2022 juga terkontraksi hingga minus 29,71 persen menjadi Rp481,20 miliar. Sementara laba bersihnya juga ambruk menjadi Rp28,01 miliar atau merosot hingga minus 87,98 persen yoy.
Amblesnya pendapatan dan laba bersih Primaya disebabkan oleh merosotnya berbagai segmen pendapatan disertai meningkatnya biaya potongan pendapatan.
Adapun segmen pendapatan yang turun paling siginifikan yaitu penunjang medis rawat inap yang mencapai minus 41,58 menjadi Rp173,75 miliar.
Sementara segmen pendapatan lainnya seperti pelayanan pasien rawat inap serta pendapatan laboratorium juga merosot masing-masing di minus 21,58 persen dan minus 38,51 persen.
Selain itu, turunnya pendapatan Primaya juga disebabkan oleh membengkaknya biaya selisih penghitungan klaim yaitu sebesar Rp30,58 miliar atau melesat hingga 142,66 persen. Sementara biaya restitusi juga turut meningkat 38,65 persen menjadi Rp5,46 miliar.
Meskipun kinerja keuangan semua emiten rumah sakit di atas masih mencatatkan penurunan pendapatan hingga laba bersih, emiten-emiten tersebut masih memiliki kinerja saham yang positif sepanjang tahun 2022.