Melansir data BEI pada penutupan Rabu (26/10), kinerja saham secara year to date (YTD) HEAL memimpin emiten rumah sakit lainnya dengan kenaikan harga saham melesat menjadi 39,27 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Menyusul HEAL, MIKA juga mencatatkan kinerja saham yang meningkat sepanjang tahun 2022. Menurut data BEI pada periode yang sama, saham MIKA naik hingga 31,86 persen secara YTD.
Kendati dua emiten di atas mampu mencatatkan kinerja saham positif secara YTD, dua emiten rumah sakit lainnya yakni SILO dan SAME justru mencatatkan harga saham yang terkontraksi sepanjang 2022.
Harga saham SILO sepanjang 2022, menurut data BEI per Rabu (26/10) terkontraksi hingga minus 5,31 persen.
Sedangkan SAME, di periode yang sama, kinerja sahamnya justru merosot hingga minus 20,54 persen sepanjang tahun 2022. Ini menjadi kinerja saham paling buruk di antara emiten rumah sakit yang disebutkan di atas.
Industri Rumah Sakit Punya Prospek Menarik
Meski sejumlah emiten mencatatkan kinerja saham dan keuangan yang masih terkontraksi, industri rumah sakit masih memiliki prospek menarik kedepannya.
Melansir prospektus Primaya, menurut laporan dari World Bank pada 2021, ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Indonesia hanya 1,2 tempat tidur per 1.000 penduduk. Sedangkan ketersediaan dokter per 1.000 penduduk hanya mencapai 0,4 dokter.
Padahal, WHO merekomendasikan setiap negara untuk memiliki rasio ketersediaan tempat tidur terhadap populasi mencapai 5 tempat tidur per 1.000 penduduk.
Dengan demikian, jumlah rumah sakit di Indonesia masih tergolong rendah, namun di sisi lain terdapat permintaan yang tinggi akan tempat tidur rumah sakit.
Di samping itu, belum meratanya pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas pelayanan yang baik menjadi peluang bagi industri rumah sakit khususnya emiten-emiten tersebut untuk berekspansi di sejumlah daerah di Tanah Air.
Mengingat, sebagaimana disebutkan oleh Lembaga Akreditasi Mutu Keselamatan Pasien Rumah Sakit, di tahun 2021 hanya 78 persen dari 3.145 rumah sakit di Indonesia yang memiliki akreditasi sehingga mutu pelayanan kesehatan menjadi tidak merata.
Adapun pengelola Primaya, Yos Effendi Susanto meyakni, sektor kesehatan masih memiliki prospek yang cerah kedepannya walaupun kondisi ekonomi bergejolak.
“Industri rumah sakit sudah kembali seperti semula. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya karena pasca pandemi, masyarakat lebih sadar akan kesehatan,” kata Yos dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/10).
Sedangkan CEO RS Primaya, yaitu Leona Karnali menyebutkan, prospek bisnis di bidang kesehatan di Indonesia terus meningkat, terutama industri rumah sakit.
“Hal itu didorong oleh kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin tinggi, pangsa pasar yang luas dan bertumbuh, yang juga dapat memperkuat potensi bisnis rumah sakit sebagai ujung tombak sektor kesehatan,” kata Leona.
Oleh karena itu, industri rumah sakit masih memiliki prospek yang menarik kedepannya karena adanya permintaan yang tinggi akan layanan kesehatan di tengah rendahnya mutu pelayanan kesehatan di Tanah Air.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.