IDXChannel – Rumah sakit di Indonesia dikuasai oleh berbagai taipan Tanah Air yang berekspansi di industri kesehatan ini. Terdapat berbagai emiten rumah sakit milik taipan yang tercatat di bursa.
Teranyar, pengelola Rumah Sakit (RS) Primaya akan segera melantai (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Melalui PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), RS Primayasedangmelakukan penawaran saham perdana atawainitial public offering (IPO) demi listing di awal November 2022 mendatang.
Berdasarkan prospektus IPO perusahaan, Primaya akan menawarkan saham sebanyak-banyaknya 302,22 juta saham atau sebesar 2,28 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Sedangkan harga penawarannya sekitar Rp900/saham hingga Rp950/saham.
Perseroan juga akan mengincar dana segar sebesar Rp287,11 miliar. Rencananya, sebanyak 50 persen dari dana tersebut akan digunakan sebagai dana tambahan perolehan tanah untuk pembangunan rumah sakit di kota-kota besar di Sumatera dan Jawa.
Sementara, 25 persen lainnya untuk tambahan biaya pengembangan gedung dan layanan rumah sakit yang telah ada. Kemudian, sisanya digunakan untuk dana tambahan pembiayaan pembangunan gedung rumah sakti baru.
Menurut manajemen, pelaksanaan IPO tersebut bertujuan untuk pengembangan Primaya Hospital Group. Perseroan juga berupaya menyasar segmentasi dengan pangsa pasar yang lebih luas.
Bersamaan dengan IPO, perusahaan rumah sakit ini akan menerbitkan sebanyak 697 saham biasa atas nama, dalam rangka pelaksanaan obligasi wajib konversi alias Mandatory Convertible Bond (MCB) kepada Archipelago Investment Pte. Ltd.
Adapun MCB tersebut diterbitkan berdasarkan Mandatorily Convertible Bond Subscription Agreement (MCB Archipelago) pada 18 April 2022 dengan nilai pokok nominal sebesar Rp627 miliar.
Dengan dilaksanakannya MCB Archipelago dan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan dalam IPO, persentase kepemilikan masyarakat akan menjadi sebanyak 2,17% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan, setelah pelaksanaan IPO dan konversi MCB.
Taipan di Balik Emiten Rumah Sakit Tanah Air
Di balik rencana Primaya untuk IPO, emiten ini dikendalikan oleh sejumlah nama besar. Seperti Arfan Awaloedin yang merupakan pemilik saham dari jaringan RS Awal Bros. Ia merupakan anak H. Awaloedin yang merupakan pendiri dari RS Awal Bros.
Selain itu, Primaya juga dikendalikan oleh Saratoga Investama yang turut dimiliki oleh Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya.Saratoga tercatat menjadi pemilik saham Primaya pada Oktober 2016. Sementara nilai investasi yang ditanamkan emiten tersebut di Primaya mencapai Rp75 miliar.
Menurut prospektus, saham Primaya dikendalikan oleh PT Famon Obor Maju yang kepemilikan sahamnya mencapai 55,14 persen.
Di samping itu pemilik saham Primaya lainnya adalah PT Awal Bros Citra Batam (23,69 persen), PT Sehat Abadi Cemerlang (15,33 persen), dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) (3,06 persen).
Selain perusahaan di atas, Yos Effendi Susanto selaku penerima manfaat terakhir atau ultimate beneficiary owner(UBO), juga menggenggam saham Primaya sebanyak 2,78 persen. Asal tahu saja, Yos merupakan Komisaris Utama Primaya Hospital.
Selain Primaya, terdapat beberapa emiten lain yang turut dikendalikan oleh konglomerat asal Indonesia.
Salah satunya, yakni PT Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk(MIKA), emiten pengendali RS Mitra Keluarga yang dikuasai oleh Boenjamin Setiawan. Adapun pria tersebut pernah tercatat masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Menurut Forbes, Boenjamin masuk dalam kategori 50 orang terkayadi Tanah Air. Per Desember 2021, kekayaan Boenjamin mencapai USD4,2 miliar atau senilai dengan Rp65,10 triliun (asumsi kurs Rp15.500/USD).
Selain memiliki MIKA, Boenjamin juga memiliki raksasa farmasi Tanah Air yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Selanjutnya yaitu RS Hermina atau PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang sahamnya turut dikuasai olehkonglomerasi Grup Astra. Pada awal 2022, emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII) memborong saham HEAL melalui private placement sebanyak 30 juta saham.
Sedangkan per 10 Oktober 2022, kepemilikan saham ASII di HEAL terus bertambah menjadi 7,44 persen.
Emiten rumah sakit berikutnya yang dikuasai oleh konglomerasi yaitu PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME). SAME merupakan emiten dari RS EMC, yang dahulunya bernama RS Omni Hospitals.
Adapun emiten ini dikuasai oleh konglomerasi Grup Emtek, yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Per 30 September 2022, kepemilikan EMTK di SAME mencapai 76,36 persen.
Masuknya Emtek ke SAME memperluas lini bisnis perusahaan di bidang industri dan jasa layanan kesehatan di Indonesia. Asal tahu saja, Emtek merupakan perusahaan konglomerasi yang merupakan pemilik media SCTV dan Indosiar.
Selain emiten-emiten di atas,PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk (SRAJ) turut dikendalikan oleh konglomerat.
SILO, yakni emiten milik RS Siloam Hospitals dikendalikan oleh Grup Lippo yang didirikan oleh Mochtar Riady. Sementara SRAJ, emiten dari RS Mayapada dikendalikan oleh Dato Sri Tahir yang merupakan menantu dari Mochtar Riady.
Terakhir yaitu PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) yang merupakan emiten dari RS Grha Kedoya, dikendalikan oleh Hungkang Sutedja.
Tercatat, Hungkang Sutedja merupakan UBO dari emiten rumah sakit ini. Selain itu, Hungkang Sutedja juga menjabat sebagai Komisaris Utama Kedoya Adyaraya.
Informasi saja, Hungkang Sutedja merupakan anak dari The Ning King, yakni taipan Tanah Air yang memiliki sejumlah perusahaan di bidang tekstil, industri baja, pertambangan, energi, hingga pertanian.
Melansir Forbes, The Ning King masuk dalam 50 orang terkaya di Indonesia pada 2017 lalu. Di tahun tersebut, kekayaan The Ning King mencapai USD450 juta atau setara dengan Rp6,97 triliun.