Menyusul ADRO dan ITMG, terdapat saham emiten-emiten batu bara lainnya yang terkontraksi secara YTD. Emiten tersebut di antaranya adalah PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). (Lihat grafik di bawah ini.)
Menurut data BEI pada Kamis (9/10), saham INDY dan BYAN masing-masing merosot hingga 16,12 persen dan 8,45 persen secara YTD.
Bernasib sama dengan saham-saham batu bara, saham emiten minyak bumi juga ikut ambles sepanjang 2023.
Tercatat, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) anjlok di minus 8,57 persen secara YTD. Sedangkan saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga ambles di minus 9,09 persen.
Berbeda dengan saham-saham energi yang terkontraksi selama awal 2023, emiten minyak bumi, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) justru mencatatkan kinerja saham yang melesat. Melansir data BEI pada periode yang sama, saham MEDC terkerek hingga 27,09 persen secara YTD.
Walaupun memang, sahamnya tengah terkontraksi sepanjang 2023 akibat tersengat sentimen harga komoditas yang merosot, emiten energi tersebut masih memiliki valuasi saham yang menarik.
Setidaknya terdapat empat emiten dari pemain energi di atas yang memiliki valuasi saham yang tergolong murah. Emiten tersebut antara lain ITMG, INDY, ADRO, dan MEDC.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (9/2), valuasi saham INDY di lihat dari rasio price to book value (PBV) mencapai 0,72 kali. Dengan demikian, INDY menjadi emiten energi dengan valuasi termurah dibanding emiten-emiten lain yang disebut di atas.
Di samping itu, valuasi dari ITMG dan ADRO masing-masing sebesar 1,35 kali dan 1,03 kali. Sedangkan valuasi MEDC sebesar 1,47 kali. (Lihat tabel di bawah ini.)
Valuasi saham-saham di atas dapat dikatakan murah karena berada di bawah rasio PBV industri batu bara maupun minyak bumi yang berada di 1,61 kali.
Sementara, saham-saham lainnya mencatatkan PBV yang lebih tinggi dibanding rata-rata industri. Adapun, saham tersebut adalah AKRA dan RAJA yang masing-masing rasio PBVnya berada di 2,54 kali dan 2,52 kali.
Terakhir, saham yang memiliki valuasi paling mahal adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Menurut catatan BEI pada Kamis (9/2), angka PBV dari BYAN mencapai 17,97 kali, jauh melampaui rata-rata PBV energi.
Boom Komoditas Dekati Puncak, Pegang Saham Energi Bisa Cuan?
Kendati mencatatkan kinerja yang terkontraksi secara YTD karena boom harga komoditas telah usai, saham-saham energi di atas masih bisa rebound ditopang oleh ekspektasi dividend yield yang tinggi.
Menurut Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya bertajuk “Expecting another Dividend Season in 2023” yang dirilis pada 17 Januari 2023, sektor energi masih jadi pilihan utama bagi investor pemburu dividen menginginkan dividend yield yang sangat tinggi pada 2023.
Menurutnya, saham energi punya potensi dividend yield di rentang 8 persen hingga 30 persen. Sementara rata-rata dari dividend yield saham energi berada di 17 persen.
Mirae berpendapat, emiten batu bara seperti PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), hingga ADRO menerima cuan dari harga batu bara yang meroket pada 2022, yang tentunya berpengaruh terhadap dividend yield emiten dari sektor ini.
Menurut data Mirae Asset, BSSR memiliki proyeksi dividend yield yang mencapai 36 persen pada 2023. Sedangkan dividend payout ratio (DPR) dari emiten ini diprediksi akan mencapai 87 persen.