sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mengais Cuan Saham Energi sebelum Euforia Berakhir

Market news editor Melati Kristina - Riset
13/02/2023 06:30 WIB
Saham sektor energi cenderung loyo seiring merosotnya harga komoditas di sepanjang 2023.
Mengais Cuan Saham Energi sebelum Euforia Berakhir. (Foto: MNC Media)
Mengais Cuan Saham Energi sebelum Euforia Berakhir. (Foto: MNC Media)

Sementara, emiten lainnya seperti PTBA, MBAP, dan GEMS juga mencatatkan dividend yield dan DPR yang tinggi.

Adapun, total dividend yield MBAP diproyeksikan mencapai 26,90 persen dengan DPR sebesar 70 persen. Sedangkan dividend yield dari PTBA dan GEMS diproyeksi bakal mencapai 25,40 persen dan 21,60 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)

Di sisi lain, riset UOB KayHian menyebutkan bahwa ITMG memiliki rekam jejak pembayaran dividen interim yang jumbo pada 2022 lalu.

Tercatat, pada 22 November 2022, ITMG membayar dividen interim jumbo, yakni sebesar USD300 juta atau USD0,27 saham (Rp4.128/saham).

“ITMG punya potensi dari dividend yield yang dapat membantu saham emiten untuk pulih dalam jangka pendek, terutama setelah rilis laporan keuangan tahun 2022 yang diikuti dengan pembayaran dividen,” kata UOB KayHian.

Adapun, laba bersih pada 2022 diharpkan melonjak 124 persen yoy, sehingga rasio pembayaran dividen pada periode ini diperkirakan mencapai 70 persen.

“Kami memperkirakan pembagian dividen di periode ini mencapai USD524 juta atau USD0,46/saham (Rp6.900/saham),” tulis UOBKayHian.

UOBKayHian melanjutkan, pembayaran dividen tersebut bisa menjadi katalis positif bagi saham ITMG, kendati harganya bisa meluncur setelah tanggal cum dividen.

“Menurut pandangan kami, pergerakan saham ITMG dalam tiga tahun terakhir rata-rata naik sebesar 5,5 persen pada satu bulan sebelum tanggal cum dividen.

Terkait dengan prospek industri energi, UOB Kayhian memperkirakan harga batu bara akan melemah hingga USD280/ton pada tahun 2023 karena pasokan komoditas yang telah pulih.

Sementara, hasil dividen perusahaan batu bara yang mencapai 18-20 persen bisa mendongkrak saham pemain industri ini kendati harga sahamnya akan turun setelah masa pembagian dividen.

“Dengan pertimbangan di atas, kami mempertahankan rating underweight untuk sektor batu bara,” tulis UOBKayHian dalam risetnya.

Sedangkan, untuk sektor minyak bumi, DBS memperkirakan permintaan minyak di China dapat tumbuh hingga 0,5-1,0 mmbpd pada tahun 2023 yang mendorong pemulihan permintaan minyak pada semester I-2023.

“Terlepas dari kekhawatiran resesi, kami tidak mengharapkan harga minyak ambruk karena ketatnya suplai hingga larangan Eropa atas minyak dari Rusia,” tulis DBS dalam risetnya.

DBS juga memproyeksikan, hingga 2024, harga rata-rata minyak brent akan berjalan moderat menjadi sekitar USD77-USD82/bbl seiring minyak Rusia yang kembali ke pasar.

Sementara, untuk emiten sektor energi, DBS memilih AKRA sebagai pemain hilir yang bakal mendapatkan keuntungan dari volume distribusi dan harga komoditas yang lebih rendah.

Di samping itu, industri energi, terutama batu bara sangat bergantung dengan harga komoditas yang dipengaruhi oleh suplai dan permintaan karena barang tambang bersifat price taker.

Oleh sebab itu, investor perlu mempertimbangkan sektor ini ke depannya karena pemain industri energi hanya menerima harga pasar yang ada, lantaran tidak selamanya harga energi akan terus menyundul langit.

Periset: Melati Kristina  

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement