Karena sudah tak dilayani GMF, armada milik Sriwijaya dirawat oleh para teknisi sendiri dengan ketersediaan suku cadang mesin yang terbatas. Akibat keterbatasan itu, kondisi perusahaan berada di level Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) 4A.
"Jadi ini sudah jadi pertanyaan, apakah mereka cukup dana untuk melakukan maintenance? Apakah maintenance sejak lepas dari kerja sama itu masih oke atau tidak. Itu yang nanti akan dilihat oleh KNKT. Sebab ini sudah pasti sudah jadi salah satu concern dari kejadian ini," ujar Gerry Soejatman kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (10/01).
3. Mulai Terbang Lagi :
Pesawat SJ182 pun, katanya, sudah mulai terbang lagi pada Oktober 2019 sejak terakhir kali mengangkasa pada Maret tahun lalu. Korosi mesin dapat terjadi jika pesawat tak dipakai lebih dari tujuh hari. Pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, mengatakan kondisi pandemi menyebabkan banyak maskapai memarkir pesawatnya.
"Dalam waktu 2-3 hari tidak dipakai saja kemungkinan terjadi korosi ada," imbuh Ruth Hana kepada BBC News Indonesia yang dikutip Okezone, Jakarta, Senin(11/01/2020).
Karena itu, pabrikan pesawat biasanya mengirimkan red notice kepada maskapai untuk melakukan perawatan ekstra terutama bagian mesin. (FAHMI - Devi Puspitasari)