Konsep ini dipercaya sebagai jawaban atas semakin terbatasnya sumber daya fosil yang tersedia di alam, sehingga dianggap menjadi satu-satunya solusi dalam perekonomian ke depan, agar alam tidak semakin rusak, dan secara perlahan dapat diperbaiki lewat beragam pendekatan.
"Dunia hari ini tidak bisa lagi menggunakan pendekatan (pemikiran) business as usual. Dunia bisnis dan usaha tidak bisa berdiri sendiri. Semua orang bicara tentang (potensi) resesi dan khawatir (terhadap dampaknya), tapi tidak berpikir masalah di balik itu dan solusi untuk mengatasinya," ujar Asisten Sekretaris Jenderal sekaligus Chief Executive Officer UN Global Compact, Sanda Ojiambo, saat berbincang dengan idxchannel.com di sela kesibukannya dalam KTT G20, yang diselenggarakan di Bali, 15-16 November 2022 lalu.
Menurut Ojiambol, tidak banyak pihak yang menyadari bahwa potensi resesi muncul karena tekanan inflasi yang tidak lagi mampu dimitigasi di sejumlah negara. Sedangkan inflasi itu sendiri dapat terjadi lantaran pasokan energi global yang kian menipis dan mengkhawatirkan.
"Dan (menipisnya pasokan energi) itu dipicu oleh krisis iklim. Ini bukan sekadar proyeksi, bukan sekadar teori, namun benar-benar terbukti di lapangan. Sehingga bagi kami (potensi resesi) itu tidak berdiri sendiri. Semua serba berkaitan," tutur Ojiambo.
Untuk mengatasinya, Ojiambo pun mengajak agar pola pendekatan bisnis yang ada saat ini, dengan menempatkan alam sebagai obyek eksploitasi, harus segera dihentikan. Hal tersebut mendesak untuk segera dilakukan, agar kondisi kerusakan yang terjadi tidak semakin parah.