Andi mengatakan, EXCL dan FREN memiliki fleksibilitas untuk merelokasi perangkatnya pasca merger. Dalam hal ini, perseroan optimistis mampu menyelesaikan kondisi site overlapping dalam waktu singkat.
Sementara itu, merger EXCL dan FREN akan berdampak positif pada industri telekomunikasi secara keseluruhan dan dalam jangka waktu panjang. Andi menilai, merger keduanya akan menciptakan persaingan di industri telekomunikasi dalam negeri menjadi lebih sehat.
“Kalau dalam jangka pendek mungkin akan berdampak, karena biasanya (di awal) akan fokus pada integrasi jaringan, jadi mengurangi permintaan menara. Tapi sifatnya akan jangka pendek, kepada Mitratel dampaknya akan relatif manageable,” tutur Andi.
Sebelumnya, pada Mei 2024 lalu, Axiata Group dan Sinarmas mengumumkan telah memasuki babak baru dengan penandatanganan Memorandum of Understanding atau Nota Kesepahaman (MoU) tidak mengikat untuk saling menjajaki rencana penggabungan usaha (proposed merger) antara XL Axiata dan Smartfren untuk menciptakan entitas baru, MergeCo.
Usulan penggabungan usaha antara XL Axiata dan Smartfren diharapkan dapat menghasilkan nilai sinergis yang signifikan guna menciptakan layanan telekomunikasi yang lebih kuat di Indonesia.
(DESI ANGRIANI)