Tak hanya itu, ekspor GGRP juga paling banyak tercatat dilakukan dengan tujuan Asia, Australia dan Selandia Baru, dengan total nilai ekspor pada 2023 lalu tercatat mencapai USD25 juta, dan menyumbang sekitar lima hingga enam persen terhadap keseluruhan nilai penjualan GGRP.
"Dengan weather resistance grade, produk ini mengandung penambahan nikel untuk ketahanan korosi, menjadikannya pilihan ideal untuk konstruksi jembatan dalam cuaca ekstrem, dengan suhu sampai di bawah nol derajat celcius" tutur Fedaus.
Ketahanan dalam cuaca ekstrem tersebut, dikatakan Fedaus, menjadi salah satu kelebihan produk baja GGRP, sehingga mampu menembus pasar AS dan Eropa. Penerimaan pasar tersebut diwujudkan dalam bentuk sertifikasi produk baja hijau yang telah dimiliki GGRP untuk masuk ke wilayah Kanada dan Selandia Baru.
"Seiring dengan kesadaran masyarakat dunia tentang keberlanjutan, sertifikasi ini memang wajib agar produk kami bisa masuk ke pasar mereka. (Sertifikasi) untuk Kanada, Selandia Baru, dan beberapa wilayah lain, kami sudah punya. Untuk tahun ini, kami sedang urus (sertifikasi) untuk masuk ke Eropa," ungkap Fedaus.
Sebelumnya, pada September 2020, GGRP dikatakan Fedaus telah melakukan ekspor perdana baja struktur ke Vancouver, Kanada sebanyak 4.600 ton atau senilai USD4,7 juta. Padahal, saat itu kondisi masih terdampak krisis pandemi Covid-19.