sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
23/01/2024 16:51 WIB
Penurunan harga nikel yang berkepanjangan mulai memberikan dampak negatif bagi para produsen nikel global.
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas. (Foto: MNC Media)
Nasib Industri Nikel 2024: Harga dan Saham Jeblok, Produksi Dipangkas. (Foto: MNC Media)

Proyeksi Harga Nikel

Harga nikel sendiri diproyeksikan masih akan tertekan di 2024, dengan Citigroup memperkirakan harga nikel akan turun ke level USD15.500 per ton pada 3 bulan ke depan. Sementara itu, ING Group memproyeksikan  harga rata-rata nikel akan berada pada level USD16.813 per ton sepanjang 2024.

Menurut riset Commodities Outlook 2024: Cautious optimism oleh lembaga ING pada Desember 2023 memperkirakan harga nikel akan tetap berada di bawah tekanan dalam jangka pendek seiring dengan meningkatnya surplus di pasar global dan melambatnya perekonomian global. Kondisi ini dapat meredam permintaan baja tahan karat dan kendaraan listrik.

“Kami melihat harga rata-rata USD16.600/t pada 1Q2024 dengan harga secara bertahap naik hingga rata-rata USD17.000/t. Kami memperkirakan rata-rata USD16.813/t pada tahun 2024,” tulis ING dalam risetnya.

Berdasarkan perkiraan International Nickel Study Group (INSG), surplus pasar nikel global diperkirakan akan meningkat menjadi 239.000 metrik ton pada tahun 2024, Ini menandai kelebihan pasokan selama tiga tahun berturut-turut dan akan menjadi yang terbesar.

Tahun lalu, pasar nikel mengalami surplus sebesar 104.000 ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 223.000 ton pada tahun ini. Perkiraan surplus kumulatif selama tiga tahun berjumlah 566.000 ton. (Lihat grafik di bawah ini.)

Mereka memperkirakan produksi global akan meningkat menjadi 3,71 juta ton pada tahun 2024 dari 3,42 juta ton pada tahun 2023. Ini karena produksi nikel pig iron (NPI) Indonesia terus meningkat.

Pabrik high pressure acid leaching (HPAL) baru di Indonesia yang menghasilkan campuran endapan hidroksida (MHP) juga terus meningkatkan produksinya, dan konversi NPI menjadi nikel matte pun semakin meningkat.

Menurut riset ING salah satu pendorong utama buruknya kinerja nikel tahun ini adalah lonjakan pasokan dari Indonesia yang merupakan produsen nikel terbesar di dunia.

RI memiliki cadangan logam terbesar di dunia dan sebagian besar produksi Indonesia adalah nikel Kelas 2 dengan kemurnian lebih rendah yang digunakan dalam produksi baja tahan karat.

Produksi tambang nikel Indonesia juga diperkirakan mencapai 1,6 juta ton pada 2022, naik 54 persen dibanding 2021, menurut Survei Geologi AS. Jumlah tersebut mencakup hampir separuh produksi nikel global, yang totalnya diperkirakan mencapai 3,3 juta ton.

Indonesia kini tengah gencar membangun pabrik peleburan nikel (smelter) sejak pemerintah memberlakukan larangan permanen ekspor bijih nikel pada bulan Januari 2020. Mengingat, posisi nikel sebagai salah satu mineral dunia cukup kritis.

Upaya ini dilakukan sebagai langkah menarik investor asing dan mendorong pengolahan dalam negeri, serta hilirisasi penggunaan bahan baku. Larangan ini telah menarik investor asing, terutama China, untuk membangun smelter lokal dan membantu meningkatkan nilai ekspor Indonesia.

“Kami yakin peningkatan produksi di Indonesia akan terus menekan harga nikel di tahun depan,” tulis lembaga ING dalam risetnya. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement