Kinerja Saham dan Keuangan TINS Jeblok
Di tengah kasus korupsi, TINS juga membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp449,7 miliar di 2023.
Volume penjualan logam timah juga susut 69 persen menjadi sebesar 14.385 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.
Begitu pula harga jual rerata logam timah sebesar USD26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD31.474 per metrik ton.
Sementara itu, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau turun 74 persen pada akhir 2023. Kemudian produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau turun 77 persen
Hingga akhir 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen. Pangsa ekspor utama TINS di antaranya Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen, Belanda 11 persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.
TINS juga mengakui bahwa penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseroan.
Saham TINS juga anjlok 5,42 persen di level Rp785 per saham pada awal pekan Senin (1/4) di tengah kemelut kasus dugaan korupsi ini.
Namun, pada pekan lalu, saham TINS sempat melejit. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham TINS melejit 3,11 persen ke posisi Rp830 per saham pada penutupan perdagangan Kamis (28/3). Nilai transaksi tercatat mencapai Rp96,84 miliar dan volume perdagangan 114,12 juta saham.
Secara teknikal, saham TINS dalam tren penguatan (uptrend) jangka pendek sejak awal Maret, mencoba melakukan pembalikan arah (trend reversal) usai downtrend hampir 3 tahun.
Level resistance terdekat untuk saham TINS berada di area 880 dan 905. Sementara, level support terdekat di 805 yang merupakan garis moving average (MA) 5 dan 733 (MA 20).
Saham TINS sukses terbang 36,52 persen dalam sebulan terakhir dan sebesar 21,71 persen sejak awal tahun (YtD). (ADF)