IDXChannel – Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) terkena suspensi bursa di tengah utang perusahaan yang membengkak dan proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Tercatat, sejak Kamis (16/2), Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi melakukan penghentian sementara atau suspensi perdagangan saham WSKT.
Menurut SVP Corporate Secretary WSKT, Ermy Puspa Yunita, penghentian sementara perdagangan saham emiten BUMN karya tersebut dikarenakan penundaan pembayaran bunga Ke-15 Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2019 Seri B.
Penundaan pembayaran utang tersebut lantaran perusahaan melakukan equal treatment untuk semua pemilik utang, baik pemilik kredit kerja maupun obligasi.
"Penundaan pembayaran ini dikarenakan Perseroan akan melakukan equal treatment untuk semua pemilik utang, baik pemilik kredit kerja maupun obligasi," ungkap Ermy, jumat (17/2/2023).
Saat ini, WSKT tengah melakukan restrukturisasi yang tertuang dalam Master Restructuring Agreement (MRA) sekaligus melakukan peninjauan ulang terhadap implementasi MRA.
"WSKT bukan tidak bisa membayar Bunga Obligasi, namun ditunda pelaksanaannya dikarenakan Perseroan akan melakukan peninjauan ulang secara komprehensif terhadap implementasi MRA, di mana standstill ini hanya bersifat sementara," kata Ermy.
Seiring dengan keputusan bursa dalam ‘menggembok’ saham emiten ini, WSKT mencatatkan penurunan harga saham dalam seminggu terakhir.
Melansir data BEI pada sesi I, Senin (20/2), dalam kurun sepekan, sejak Kamis 9/2) hingga Jumat (17/2), saham WSKT sudah merosot hingga 5,43 persen.
BEI mencatat, pada Kamis (9/2), saham WSKT diperdagangkan di level Rp368/saham. Sedangkan, pada Jumat (17/2), saham WSKT anjlok 20 poin ke level Rp348/saham. (Lihat grafik di bawah ini.)
Soal PKPU Perusahaan
Sebelumnya, WSKT sempat menjalani persidangan terkait PKPU dengan perusahaan pelaksanaan konstruksi CV Bandar Agung Abadi pada Januari lalu.
Menurut keterangan perusahaan, CV Bandar Agung Abadi menggugat WSKT atas permohonan PKPU terkait permintaan pelunasan utang senilai Rp2,03 miliar.
Informasi saja, CV Bandar Agung Abadi merupakan salah satu vedor pengerjaan tanah pada proyek pengerjaan jalan tol Kayu Agung, Palembang. Adapun, perusahaan ini mengerjakan proyek di Betung paket II Seksi I.
Kemudian, pada 24 Januari 2023, CV Bandar Agung Abadi mencabut gugatannya ke WSKT dengan persetujuan kedua belah piak untuk menyelesaikan pelunasan utang tersebut di luar jalur pengadilan.
Utang Jumbo BUMN Karya
Di samping itu, melansir dari laporan keuangan perusahaan, WSKT menanggung kewajiban atau liabilitas, termasuk utang, jumbo sepanjang 9 bulan 2022.
Pada periode tersebut, liabilitas BUMN karya ini mencapai Rp82,40 triliun, mengungguli emiten-emiten BUMN Karya lainnya, seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) hingga PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangannya, sejumlah emiten BUMN karya memang menanggung liabilitas yang membengkak pada 9 bulan 2022.
Adapun, total liabilitas WIKA di periode ini mencapai Rp56,76 triliun. Sedangkan, liabilitas PT PP Tbk (PTPP) dan ADHI masing-masing mencapai Rp43,43 triliun dan Rp31,58 triliun pada 9 bulan 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Meningkatnya utang perusahaan pelat merah tersebut didorong oleh proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran di Tanah Air yang terdampak pandemi Covid-19.
Sementara, dalam data Proyek Utama Infrastruktur (KPD) disebutkan, lebih dari 50 persen pekerjaan konstruksi yang tengah digarap pemerintah diberikan kepada emiten konstruksi BUMN seperti WIKA, ADHI, WSKT, dan PTPP.
Ini berdampak terhadap jumlah utang emiten-emiten ini yang terus bertambah dalam jumlah besar sehingga terancam mengalami kesulitan keuangan di tengah kondisi pandemi.
Padahal, ditundanya pelaksanaan proyek dan gangguan arus kas berpotensi menimbulkan masalah bagi emiten ini.
Di samping itu, melambungnya utang emiten tentunya berdampak pada tingginya debt to equity ratio atau DER emiten BUMN karya. DER merupakan rasio utang dibandingkan dengan ekuitas.
Adapun, WSKT memiliki rasio DER paling tinggi dibanding emiten BUMN karya lainnya. Per Senin (20/2), rasio DER dari WSKT mencapai 953,59 persen.
Angka tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan BUMN karya lainnya, seperti ADHI yang angka DERnya berada di 552,65 persen dan WIKA serta PTPP yang masing-masing DERnya sebesar 435,95 persen dan 392,91 persen.
Dalam aturan umum, DER di atas 2,0 atau 200 persen mengindikasikan tingginya risiko suatu perusahaan, lantaran rasio utang sudah jauh di atas ekuitas perusahaan.
Periset: Melati Kristina
(ADF)