Selain itu, aktivitas manufaktur China pada Oktober menyusut lebih dari perkiraan dan berlanjut selama tujuh bulan berturut-turut. Data ini menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus dari Beijing.
Meskipun Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu, analis menilai pertemuan tersebut tidak serta merta menghilangkan hambatan perdagangan drastis. Kedua pemimpin sepakat memangkas tarif 10 persen atas impor terkait fentanil, dan China melanjutkan pembelian kedelai AS, namun sisanya masih belum jelas.
Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan indikator stabilitas nilai rupiah. Pada Kamis (30/10/2025), rupiah ditutup pada level bid Rp16.635 per dolar AS, dengan Yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke 6,03 persen.
Indeks dolar AS (DXY) menguat ke 99,53, dan Yield US Treasury (UST) Note 10 tahun naik ke 4,097 persen.
Dari sisi aliran modal asing (Minggu ke-5 Oktober 2025), nonresiden mencatatkan beli neto Rp1,00 triliun selama periode 27–30 Oktober 2025, yang didorong oleh beli neto Rp4,40 triliun di pasar saham. Namun, terjadi jual neto Rp3,23 triliun di pasar SBN dan Rp0,17 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).