"Jadi sudah ada 58 IPO yang antre di pipeline. Harapannya ke depan dapat semakin bertambah," tutur Inarno.
Meski demikian, secara target, OJK diketahui hanya mematok pernghimpunan dana dari emiten baru lewat IPO sebesar Rp170 triliun saja.
Jika dibandingkan, nilai target itu jauh di bawah realisasi penghimpunan dana di pasar modal di 2022 lalu, yang mencapai Rp267 triliun dari 71 emiten baru.
OJK berdalih rendahnya target yang dicanangkan itu lantaran pencapaian IPO tahun lalu terbilang extraordinary.
"2022 itu memang pencapaiannya extraordinary ya, karena ada (IPO) GOTO dan lain-lain itu. Tapi kalau kita keluarkan yang out layer ini, maka tetap ada growth positif dari 2022 ke 2023. Ya minimal berimbang lah," ungkap Inarno.