Fokus pada keuntungan pemegang saham, inflasi biaya, kondisi kredit yang lebih ketat, dan peningkatan konsolidasi dalam industri merupakan beberapa faktor yang menghambat aktivitas pengeboran.
Pertumbuhan permintaan minyak global juga diproyeksi melambat. Mengingat ada banyak ketidakpastian mengenai permintaan minyak pada 2024 terkait dengan ketidakpastian gambaran makro tahun depan.
Permintaan minyak global diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 1 juta barel/hari pada 2024, yang akan turun dari pertumbuhan sekitar 2 juta barel/hari pada tahun ini. Sebagian besar negara di Asia, dan khususnya China, diperkirakan akan menjadi penyebab utama pertumbuhan permintaan pada tahun depan dengan persentase mencapai lebih dari 60 persen.
Sementara itu, Eropa dan Amerika diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan permintaan pada tahun depan di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi.
Bijih besi menjadi salah satu logam industri dengan kinerja terbaik tahun ini, dengan harga naik lebih dari 17 persen year-to-date (ytd) hingga bulan November 2023 berdasarkan data ING.
“Kami yakin harga akan terdukung pada tahun 2024 di tengah optimisme terhadap pemulihan China dan dukungan lebih lanjut terhadap sektor properti di negara tersebut."
Harga bijih besi berhasil bertahan di atas angka USD100/t hampir sepanjang tahun 2023. Harga saat ini diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang 2023 didorong oleh kuatnya permintaan dan rendahnya tingkat persediaan selama beberapa tahun di China.
Selama beberapa bulan terakhir, pemerintah China telah menerapkan serangkaian langkah stimulus untuk memulihkan ekonominya yang sedang lesu, yang telah mendukung harga bijih besi.
Namun, masih ada kekhawatiran terkait perekonomian China, terutama terkait sektor properti, yang menyumbang sekitar 40 persen permintaan bijih besi. Jumlah rumah baru di bidang properti di negara ini yang juga menjadi pendorong permintaan baja terbesar, turun tajam pada tahun 2023, lebih dari 23 persen dibandingkan 2022 dan bisa terus menekan permintaan baja pada tahun 2024.
Meski demikian, China mengalami pertumbuhan impor bijih besi global melalui laut pada 2023, dengan impor setahun penuh negara tersebut diperkirakan akan meningkat untuk pertama kalinya sejak tahun 2020.
Sementara impor bijih besi China turun 1,8 persen secara bulanan menjadi 99,4 juta metrik ton di bulan Oktober, menandai peningkatan penurunan bulanan kedua berturut-turut. Di lain pihak, impor pada 10 bulan pertama 2023 meningkat 59 juta ton dari tahun ke tahun (yoy) menjadi 977 juta ton.
Tembaga
Pergerakan harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) saat ini mendekati harga di tahun lalu. Harga tembaga mengalami penurunan sepanjang tahun 2023 karena pengetatan kebijakan moneter global yang membebani permintaan dari negara-negara maju.
Prospek permintaan jangka pendek untuk logam merah ini juga masih lemah di tengah kekhawatiran resesi, perlambatan sektor properti di China, dan melemahnya aktivitas manufaktur global.
China diperkirakan akan menjadi titik terang bagi permintaan tembaga setelah lockdown akibat virus corona tahun lalu berakhir. Meskipun ada upaya dari Beijing untuk menstimulasi perekonomian, pemulihan ekonomi China sebagian besar mengecewakan tahun ini.
Pemulihan yang lesu telah membebani harga tembaga yang telah turun sekitar 11 persen dari level tertinggi 2023 sebesar USD9.550,5/t pada bulan Januari 2023 setelah pembukaan kembali China setelah lockdown.
Selama beberapa bulan terakhir, pemerintah China juga telah mengambil serangkaian langkah stimulus untuk memulihkan perekonomiannya yang sedang lesu. Namun masih ada kekhawatiran, khususnya terkait sektor properti.
Kemerosotan pasar properti China telah menjadi hambatan besar terhadap permintaan tembaga tahun ini dan berlanjutnya perlambatan di sektor ini tetap menjadi risiko penurunan utama bagi logam tersebut.
Selain itu, peluang pelonggaran The Fed berpotensi mendukung harga tembaga. Selama ini, kenaikan suku bunga dan penguatan dolar telah menjadi hambatan bagi industri logam dalam dua tahun terakhir.
Menantikan tahun 2024, harga tembaga akan didukung oleh melemahnya dolar AS akibat pelonggaran Bank Sentral AS. Jalur penurunan suku bunga The Fed akan terus mendorong prospek harga tembaga dalam jangka pendek.
Penurunan suku bunga ini akan mengurangi beban keuangan pada produsen dan perusahaan konstruksi dengan mengurangi biaya pinjaman. Namun jika suku bunga AS tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, hal ini akan menyebabkan penguatan dolar AS dan melemahnya sentimen investor, yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan harga tembaga.