IDXChannel – Saham emas menarik untuk dikoleksi di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kolapsnya perbankan Amerika Serikat (AS).
Melansir data Investing.com pada Kamis (16/3) pukul 15.43 WIB, harga emas menguat 0,04 persen menjadi USD1.918,74/troy ons.
Sementara, dalam seminggu terakhir, harga emas meningkat 4,18 persen di tengah sentimen negatif dari kolapsnya perbankan AS, Silicon Valley Bank (SVB).
Menguatnya harga emas karena kekhawatiran para investor akan krisis SVB yang mendorong investor untuk beralih menyimpan dananya ke jenis investasi yang lebih aman, seperti emas.
Terlebih, emas menjadi aset safe haven atau aset investasi yang aman di tengah guncangan pasar saham yang disebabkan oleh kolapsnya SVB disusul oleh rontoknya saham-saham perbankan AS hingga indeks dolar AS yang anjlok.
Selain itu, berinvestasi di saham emas juga menarik di tengah inflasi yang tinggi hingga ketidakpastian ekonomi saat ini.
Apalagi, investasi di saham emiten emas bisa menjadi pilihan di saat pasar saham sedang loyo seiring dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level psikologis 6.500.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (16/3), IHSG anjlok ke level 6.565 atau merosot sebesar 0,94 persen.
Adapun, saham emiten-emiten emas yang bisa menjadi pilihan investor untuk berinvestasi, yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), hingga PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Kendati memiliki potensi menarik, kinerja saham emiten-emiten tersebut secara year to date (YTD) masih terkontraksi.
Data BEI pada Kamis (16/3) mencatat, kinerja saham MDKA masih terkontraksi hingga 6,55 persen.
Sedangkan, kinerja saham ANTM dan BRMS juga masih memerah sepanjang 2023, masing-masing sebesar minus 9,57 persen dan minus 7,55 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Selain saham-saham yang disebutkan di atas, terdapat saham emiten emas lainnya, yaitu PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI), dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).
Setali tiga uang, kinerja saham ketiga emiten di atas masih terkontraksi sepanjang 2023.
Adapun, saham ARCI merosot 0,60 persen secara YTD. Sementara, saham SQMI dan PSAB masing-masing terkontraksi hingga 10,29 persen dan 14,95 persen sepanjang 2023.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.