“Hal ini bukan merupakan suatu yang baru,” katanya. “Ini merupakan sebuah fenomena yang sudah diprediksi sebelumnya.”
Rony menyebut bahwa meskipun besaran tarif impor AS awalnya belum diketahui, sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden ke-47 AS, sudah ada indikasi kembalinya kebijakan proteksionis yang berpotensi memicu perang dagang.
“Sejak awal memang stance kebijakan Presiden Trump bersifat proteksionis dan sudah diduga, respons pasar saham domestik memang lagging karena ada libur panjang,” tutur Rony.
Namun, ia menekankan, meskipun Indonesia turut terdampak, pemerintah tidak tinggal diam dan terus mencari solusi terbaik. Selain itu, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah sangat menarik.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, Rony justru melihat momentum yang tepat untuk mulai membeli saham-saham dengan fundamental yang baik.