Dari sisi pendanaan, CASA BBCA mencapai Rp982 triliun dengan rasio 82,5 persen terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Sementara itu, loan to deposit ratio (LDR) tercatat 78 persen. Total secondary reserves dan marketable securities yang dimiliki BBCA mencapai Rp433 triliun, atau sekitar 29 persen dari total aset.
“Likuiditas BBCA sangat ample sehingga tidak perlu terlibat dalam kompetisi bunga deposito yang ketat. Likuiditas ini juga lebih dari cukup untuk mendukung ekspansi kredit,” tutur Jonathan.
Sepanjang semester I-2025, BCA membukukan laba bersih Rp29 triliun, tumbuh 8 persen secara tahunan (yoy). Net interest income naik 7 persen, sementara non-interest income melonjak 10,6 persen didorong peningkatan fee-based income dan trading income. Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga di 2,2 persen dengan coverage ratio 167 persen.
Jonathan menambahkan, dengan proyeksi perbaikan ekonomi makro pada semester II-2025, kualitas kredit perbankan diyakini akan meningkat, termasuk di BBCA.
“Bila kualitas kredit membaik, maka pencadangan bisa dikurangi di semester II sehingga memberi ruang lebih pada pertumbuhan laba. Hal ini sesuai dengan pernyataan manajemen yang menyatakan pencadangan akan dijaga pada level cukup," katanya.