Dalam laporannya, Reuters mencatat bahwa lonjakan inflasi mulai terjadi usai Rusia memberlakukan pembatasan energi, sebagai balasan kepada negara-negara Barat yang telah menjatuhkan sanksi atas invasi yang mereka lakukan ke Ukraina.
Pembatasan tersebut mau tidak mau mendongkrak biaya energi, yang selanjutnya turut mengerek naik sejumlah harga kebutuhan pokok, sehingga membuat masyarakat Inggris semakin kesulitan. Kondisi ini memicu terjadinya perlambatan ekonomi.
Namun, seiring dengan naik tahtanya Sunak, nilai Pound perlahan merangkak naik, sekaligus membayar kerugian yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Nilai Pound berbalik arah, bila dibanding dengan posisinya pada bulan lalu, di mana level Pound jatuh ke posisi terendah terhadap dolar AS.
Tak hanya posisi Pound, pelantikan Sunak juga membuat biaya utang pemerintah turun, dengan tingkat bunga atau hasil obligasi yang akan dilunasi dalam waktu 30 tahun menjadi 3,8 persen.
Setelah sebelumnya tingkat utang Inggris melonjak mencapai 5,17 persen, akibat kebijakan pemangkasan pajak secara besar–besaran yang diterapkan oleh mantan Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng. (TSA)