sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pelemahan Dolar AS Berlanjut, Rupiah Berpeluang Menguat di Bawah Rp16.000

Market news editor Desi Angriani
25/05/2025 07:40 WIB
Indeks dolar AS melemah 8,4 persen secara year-to-date (ytd) sejak awal tahun.
Pelemahan Dolar AS Berlanjut, Rupiah Berpeluang Menguat di Bawah Rp16.000 (Foto: iNews Media Group)
Pelemahan Dolar AS Berlanjut, Rupiah Berpeluang Menguat di Bawah Rp16.000 (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Tren pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksi mendorong penguatan nilai tukar rupiah hingga ke bawah Rp16.000 per USD pada akhir 2025.

Indeks dolar AS (DXY) kembali turun 0,6 persen ke level 99,36 pada perdagangan Jumat (23/5/2025) imbas sentimen kekhawatiran akan utang pemerintah AS.

"Tren pelemahan dolar AS diproyeksikan dapat mendorong penguatan nilai tukar rupiah bahkan ke level di bawah Rp16.000 pada kuartal IV-2025, yang berpotensi diikuti oleh kelanjutan foreign inflow ke IHSG," tulis riset Stockbit pada Jumat (23/5/2025).

Saat ini, utang pemerintah AS mencapai Rp36,2 triliun. Kemudian pembayaran bunga atas utang pemerintah AS berkontribusi sebesar 12,5 persen dari total pengeluaran per 2024 yang diprediksi meningkat menjadi 16,7 persen dalam 10 tahun ke depan.

Selain itu, RUU pajak dan belanja kabinet Presiden AS Donald Trump juga akan menambah utang pemerintah sebesar USD3,8 triliun dalam satu dekade ke depan, yang menambah kekhawatiran investor akan tingkat solvency AS. 

"Indeks dolar AS (DXY) telah melemah 8,4 persen secara year-to-date (ytd) sejak awal tahun. Sementara itu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun flat di level 4,528 persen," tulis riset tersebut.

Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah menguat 0,67 persen ke Rp16.217 per USD dan IHSG naik 0,66 persen ke level 7.214,16 dengan foreign inflow sebesar Rp589 miliar. Adapun yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun 2 bps ke level 6,828 persen.

Menguatnya rupiah berpotensi diikuti oleh masuknya aliran dana asing ke pasar modal Indonesia. Hal ini akan berdampak pada kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditopang oleh empat saham bank besar yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Secara kinerja, penguatan rupiah akan berdampak positif terhadap terhadap emiten yang memiliki porsi impor atau utang dalam bentuk dolar AS yang besar, seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement