Kemudian, biaya produksi dan lifting sebesar USD334,50 juta atau Rp5,01 triliun, dan biaya pembelian minyak mentah sebesar USD54,26 juta atau Rp813,69 miliar.
Selanjutnya, beban pokok penjualan tenaga listrik dan jasa terkait lainnya sebesar USD44,85 juta atau Rp672,58 miliar, biaya jasa tercatat sebesar USD18,03 juta atau Rp270,37 miliar, dan beban eksplorasi sebesar USD13,03 juta atau Rp195,49 miliar.
Hingga akhir Desember 2022, total nilai aset MEDC tercatat sebesar USD6,93 miliar atau Rp103,94 triliun, tumbuh 21,95% dari posisi akhir tahun 2021 lalu sebesar USD5,68 miliar. Adapun, liabilitas perseroan sebesar USD5,18 miliar atau Rp77,73 triliun, dan ekuitas sebesar USD1,74 miliar atau Rp26,20 triliun.
Sepanjang 2022 lalu, perseroan menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD269 juta untuk minyak dan gas. Kemudian, belanja modal untuk segmen ketenagalistrikan sebesar USD33 juta, serta menganggarkan belanja modal untuk pengembangan di Natuna, Riau IPP, dan Solar PV Sumbawa.
Sementara di 2023, belanja modal yang dianggarkan perseroan sebesar USD250 juta untuk segmen minyak dan gas, dengan fokus pada pengembangan Natuna dan Corridor. Serta, belanja modal ketenagalistrikan sebesar USD80 juta, dengan fokus pada pengembangan Ijen geothermal dan Sumbawa terminal regasifikasi LNG.
(FRI)