Tantangan tersebut menyebabkan tekanan tersendiri sehingga tingkat pendapatan Perseroan pada 2022 mengalami penurunan sebesar 10,51 persen. Kondisi tersebut diperkirakan akan menjadi tantangan tersendiri bagi industri penyiaran pada tahun 2023 mendatang.
Secara kinerja, walaupun pendapatan tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 10,51 persen dibandingkan tahun 2021 dari Rp490,20 miliar menjadi Rp 438,68 miliar.
Penurunan tersebut diklaim Deddy dapat diimbangi dengan penghematan dalam sisi biaya program siaran menghasilkan efisiensi sebesar 21,7 persen menjadi Rp222,62 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp284,35 miliar.
Dengan demikian, Perusahaan masih dapat membukukan kenaikan laba kotor sebesar 4,96 persen menjadi Rp 216,06 miliar.
Secara marjin kotor, terdapat pertumbuhan dari 41,99 persen di 2021 menjadi 49,3 persen di 2022.