IDXChannel – Berada ditengah kekhawatiran penyebaran virus korona, Arab Saudi dan Rusia terlibat perang harga dan membuat harga minyak terjun bebas.
Baca Juga : ICP Minyak Mentah Indonesia Februari Turun, Sentuh USD 56,61 Per Barel
Minyak mentah berjangka Brent alami penurunan sebanyak USD14,25 atau 31,5% menjadi USD31,02 per barel. Itu adalah penurunan persentase terbesar sejak 17 Januari 1991, pada awal Perang Teluk pertama dan terendah sejak 12 Februari 2016.
Baca Juga : OPEC Gagal Sepakat soal Pangkas Produksi, Bursa Asia Dibuka Melemah
Sementara itu, minyak mentah US West Texas Intermediate (WTI) turun sebanyak USD11,28 atau 27,4% setara USD30 per barel. Itu juga penurunan persentase terbesar sejak Perang Teluk pertama pada Januari 1991 dan terendah sejak 22 Februari 2016.
Diketahui Arab Saudi merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia, dan Rusia merupakan produsen terbesar kedua di dunia. Penekanan yang dilakukan Saudi terhadap Rusia meliputi penolakan pemotongan produksi yang diusulkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan didukung oleh produsen lain terkait pemotongan untuk menstabilkan penurunan harga yang disebabkan oleh kejatuhan ekonomi dari wabah virus korona.
Dengan meningkatkan produsen minyak mentah di Atas 10 juta barel per hari (bph) pada April setelah kesepakatan pasokan antara OPEC dan Rusia yang dikenal sebagai OPEC+, berakhir pada akhir Maret.
Baca Juga : Terendah Sejak 1990, Neraca Dagang China Melorot Imbas Dihajar Korona
Arab Saudi diketahui telah membuka perang dengan memotong harga jual resminya pada April untuk semua kadar minyak mentah ke semua tujuan sebesar 6-8 USD per barel. (*)