Penyusutan nilai tukar kyat sejak pertengahan Juli 2022 terjadi sebagai imbas dari kebijakan pemerintah militer yang mewajibkan seluruh penduduk dan pelaku bisnis di Myanmar untuk mengkonversi mata uang asing yang dimilikinya menjadi Kyat.
Akibat kebijakan itu, masyarakat justru berlomba-lomba melepas mata uang Kyat milikinya ke dalam bentuk dolar AS, sehingga menyebabkan nilai tukarnya hancur lebur. Selain itu, penyusutan Kyat juga dipicu kebutuhan importir dan kalangan bisnis yang tetap membutuhkan dolar AS untuk bertransaksi ke luar negeri.
"Tampaknya transaksi antar rekening bank dilakukan dengan kurs resmi, sedangkan selisih dengan kurs pasar diselesaikan secara terpisah dengan uang tunai," menurut salah satu sumber internal, sebagaimana dilansir Nikkei Asia, Jumat (2/9/2022).
Pelemahan Kyat ,membuat harga bahan bakar minyak (BBM) dan minyak goreng impor di Myanmar melonjak hingga tiga kali lipat dari harga semula. Sekitar 40 persen dari pasokan beras lokal yang biasanya tidak terkena fluktuasi mata uang kini juga mengalami kenaikan serupa, akibat biaya pupuk dan transportasi yang kian melambung. (TSA)
Penulis: Nur Pahdilah