Sementara itu, faktor eksternal seperti volatilitas kurs, harga bahan bakar, serta biaya perawatan masih menjadi tantangan, terutama mengingat gap antara armada yang mengudara dan pesawat yang membutuhkan perawatan.
Namun perusahaan menegaskan disiplin dalam efisiensi, optimalisasi produktivitas armada dan kru, serta penguatan pendapatan penumpang dan kargo tetap menjadi fokus.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Oentoro menjelaskan, transformasi perusahaan tidak hanya berfokus pada profitabilitas tetapi juga pada tata kelola dan keberlanjutan.
"Kekuatan kinerja operasional harus berjalan seiring dengan governance excellence, disiplin finansial, dan penguatan value creation. Setiap inisiatif harus menghasilkan nilai tambah yang terukur," tuturnya.
Sebagai bagian dari roadmap pemulihan ekuitas, Garuda Indonesia memfinalisasi rencana inbreng aset GMF AeroAsia dan Angkasa Pura Indonesia (API).