Peningkatan produksi itu menjadikan BYAN menjadi salah satu produsen batu bara peringkat lima teratas pada masanya. Perseroan juga kembali mengakuisisi beberapa perushaan pertambangan lainnya pada tahun-tahun berikutnya.
Dari akuisisi-akuisisi itu, Bayan Group memiliki sejumlah infrastruktur batu bara terdepan, antara lain Balikpapan Coal terminal, Dermaga Perkasa dan Wahana, dua Floating Transfer Barge (KFT), sistem jalan pengangkutan (overland conveyor) sepanjang 101 km yang menghubungkan konsesi Tabang dengan fasilitas pemuatan tongkang di Muara Pahu.
Keseluruhan fasilitas ini digunakan untuk kegiatan bongkar muat, penimbunan, dan pemuatan batu bara ke kapal dengan kecepatan 3.000–8.000 ton per jam.
BYAN secara resmi mencatatkan sahamnya untuk pertama kali di Bursa Efek Indonesia pada 12 Agustus 2008 dengan harga penawaran Rp5.800 per lembar saham. Dari IPO itu, BYAN sukses menghimpun dana senilai Rp4,83 triliun.
Berikut ini adalah jajaran anak usaha di bawah naungan Bayan Group:
- PT Perkasa Inakakerta
- PT Wahana Baratama Mining
- PT Firman Ketaun Perkasa
- PT Teguh Sinarabadi
- PT Gunungbayan Pratamacoal
- PT Fajar Sakti Prima
- PT Bara Tabang
- PT Brian Anjat Sentosa
- PT Dermaga Perkasapratama
- PT Muji Lines
- PT Indonesia Pratama
- PT Bayan Energy
- PT Metalindo Prosestama
- Kangaroo Resources Pty Ltd
- Kangaroo Minerals Pty Ltd
- PT Tanur Jaya
- PT Silau Kencana
- PT Orkida Makmur
- PT Tiwa Abadi
- PT Sumber Api
- PT Dermaga Energi
- PT Bara Sejati
- PT Apira Utama
- PT Cahaya Alam
- PT Mamahak Coal Mining
- PT Bara Karsa Lestari
- PT Mahakam Energi Lestari
- PT Mahakam Bara Energi
- PT Karsa Optima Jaya
- PT Sumber Aset Utama
Seluruh kegiatan usaha pertambangan ini membawa Low Tuck Kwong masuk ke deretan orang-orang terkaya di Indonesia. Forbes mencatat harta kekayaan pengusaha kelahiran Singapura mencapai USD24,1 miliar, nilai ini setara dengan ratusan triliun rupiah.
Itulah ulasan singkat tentang profil PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
(Nadya Kurnia)