IDXChannel - Harga emas dunia menguat pada Jumat (7/11/2025) pekan lalu seiring pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketidakpastian terkait penutupan sebagian pemerintahan Negeri Paman Sam.
Harga emas spot (XAU/USD) naik 0,7 persen ke USD4.005,21 per troy ons. Namun, sepanjang pekan, kinerja logam mulia ini relatif mendatar dengan koreksi tipis 0,04 persen.
"Pergerakan harga terbaru secara teknikal menunjukkan bahwa emas dan perak mulai menemukan titik penahan di bawahnya," ujar Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff, dikutip Reuters.
Emas kerap dipandang sebagai aset lindung nilai saat ketidakpastian meningkat, dan sebagai aset tanpa imbal hasil, logam mulia ini cenderung mendapat dukungan ketika prospek suku bunga lebih rendah.
Penundaan publikasi laporan ketenagakerjaan non-pertanian (NFP) AS akibat penutupan pemerintahan membuat pelaku pasar mengacu pada data sektor swasta, yang menunjukkan penurunan lapangan kerja pada Oktober, untuk memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) tahun ini.
Pasar saat ini melihat peluang 66 persen untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Desember, menurut alat FedWatch dari CME Group.
Proyeksi Sepekan
Setelah dua pekan harga turun tajam, pasar emas dunia mulai mereda dari tekanan jual. Meski demikian, penutupan yang cenderung netral pada Jumat pekan lalu membuat arah pergerakan harga masih belum jelas.
Sebagian besar analis Wall Street mengambil sikap hati-hati, sedangkan investor ritel tetap solid bersikap bullish.
Walau dalam jangka pendek emas tampak berjalan di tempat, sejumlah analis menilai bahwa potensi kenaikannya tetap terjaga.
“Saya memandang konsolidasi emas di kisaran USD4.000 per troy ons saat ini sebagai jeda klasik dalam tren bullish yang bersifat struktural,” kata Kepala Analis Pasar di FP Markets, Aaron Hill.
Analis Senior Pasar di Barchart.com, Darin Newsom, mengatakan bahwa di tengah ketidakpastian dan gejolak geopolitik yang begitu besar, pergerakan harga emas bisa diibaratkan lempar koin. Namun, di tengah riuhnya kondisi tersebut, ia tetap bersikap bullish terhadap logam kuning ini.
Sayangnya bagi banyak investor, minimnya data ekonomi utama dari AS telah menghilangkan potensi pemicu baru bagi pasar. Penutupan (shutdown) sebagian pemerintahan AS yang telah berlangsung 38 hari menjadi yang terpanjang dalam sejarah.
Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan, mengatakan, ia memilih untuk melihat melampaui pelemahan jangka pendek selama pemerintah AS masih tutup.
Dalam survei Kitco News terbaru, terdapat 21 analis Wall Street yang berpartisipasi. Sebanyak 13 analis, atau 59 persen, bersikap netral terhadap emas dalam waktu dekat. Sementara itu, tujuh analis, atau 32 persen, bersikap bullish untuk pekan ini, dan dua analis, atau 9 persen, memperkirakan harga bergerak lebih rendah.
Di sisi lain, jajak pendapat daring yang melibatkan 221 responden menunjukkan bahwa 123 orang, atau 55,7 persen, memperkirakan harga emas naik pekan ini.
Sebanyak 39 responden, atau 17,6 persen, memperkirakan harga turun, sementara 59 responden, atau 26,7 persen, memilih bersikap netral dalam jangka pendek. (Aldo Fernando)