IDXChannel - Harga batu bara untuk kontrak Oktober 2023 mengalami penurunan 2,23 persen ke level USD144,70 per ton pada perdagangan awal pekan, Senin (31/7/2023).
Berdasarkan data Barchart, pada perdagangan pekan sebelumnya, harga batu bara juga ditutup menurun 2,36 persen. Secara tahunan, harga batu bara tercatat mengalami kontraksi 50,51 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)
Sebelumnya, harga batu bara untuk kontrak November 2023 sempat melonjak 4,76 persen ke level USD158,35 per ton pada perdagangan Selasa (25/7/2023).
Penurunan harga batu bara ini diduga karena permintaan yang melemah dan hanya terfokus pada peningkatan permintaan di Asia.
Menurut laporan Coal Market Update yang dirilis Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis (27/7/2023), konsumsi batu bara global di 2022 naik 3,3 persen menjadi 8,3 miliar ton.
Catatan IEA juga menunjukkan pertumbuhan permintaan yang kuat terjadi di Asia yang melampaui permintaan dii Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Namun, permintaan di China dan India tumbuh lebih dari 5 persen. Kenaikan di dua negara tersebut mengimbangi penurunan di tempat lain.
China dan India adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Beijing menggenjot konsumsi batu bara tahun lalu ntuk mengamankan pasokan listrik di tengah kekeringan parah.
Melansir laporan IEA, China, India, dan negara-negara Asia Tenggara secara bersama-sama diharapkan menyumbang 3 dari setiap 4 ton batbara yang dikonsumsi di seluruh dunia sepanjang 2023.
Berdasarkan wilayah, permintaan batu bara turun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya pada paruh pertama tahun ini.
Di AS dan Uni Eropa, masing-masing mengalami penurunan permintaan sebesar 24 persen dan 16 persen.
Di Uni Eropa, pertumbuhan permintaan batu bara sedikit melonjak pada 2022 karena permintaan sementara dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Penggunaan batu bara Eropa diperkirakan akan turun tajam tahun ini karena energi terbarukan yang terus berkembang, dan pulihnya kinerja tenaga nuklir dan tenaga air di Benua Biru.
Di AS, melemahnya permintaan batu bara didukung oleh faktor harga harga gas alam yang sudah lebih murah.
Dari sisi pasokan, Indonesia meningkatkan produksi batubara menjadi sekitar 641 Mt pada 2022, naik 12 persen dari tahun sebelumnya.
Indonesia menjadi pemasok andalan di saat yang lain idak berhasil meningkatkan produksi karena kondisi pasar yang masih ketat dan harga batu bara yang melonjak.
Produksi batu bara Australia juga menderita akibat kondisi cuaca buruk yang disebabkan oleh La Niña, tetapi juga akibat pandemi Covid-19.
Secara total, produksi batu bara di Australia menyusut sekitar 3 persen menjadi 451 Mt. Di AS, permintaan domestik yang lemah membatasi peningkatan produksi hingga lebih dari 3 persen menjadi 542 Mt meskipun harga batu bara sempat naik.
Produksi batu bara Kolombia juga meningkat hanya sedikit lebih dari 2 persen menjadi 57 Mt karena cuaca buruk dan protes pekerja, meskipun harga ekspor tinggi.
Di Afrika Selatan, gangguan kereta api dan penurunan konsumsi domestik memengaruhi produksi batu bara, sehingga hanya meningkat 0,5 persen.
Sementara, produksi batu bara Rusia tetap stabil di 442 Mt atau terkontraksi 0,2 persen, karena sanksi yang diberlakukan Barat sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
IEA juga memproyeksikan, pada 2023 dan 2024, penurunan aktivitas pembangkit listrik tenaga batu bara kemungkinan besar akan diimbangi oleh peningkatan penggunaan batu bara oleh industri. (ADF)