IDXChannel - PT Jayamas Medica Industri Tbk atau lebih dikenal dengan nama OneMed secara resmi bakal melakukan pencatatan perdana (listing) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/11/2022), dengan menggunakan kode saham OMED.
Prosesi listing tersebut merupakan puncak dari proses Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) yang dilakukan perusahaan, dengan melepas 4,05 miliar, atau sekitar 15 persen dari keseluruhan sahamnya, ke publik. Saham tersebut dilepas dengan harga perdana sebesar Rp204 per saham.
Dengan demikian, maka dari keseluruhan proses IPO perusahaan alat kesehatan ini bakal meraup dana segar sedikitnya sebesar Rp828 miliar, yang 72,19 persen diantaranya sesuai yang tercantum dalam prospektus, bakal digunakan untuk pengembangan usaha, berupa penambahan tiga pabrik baru di beberapa tempat.
Selain itu, sekitar 22,87 persen lagi dari dana hasil IPO bakal diberikan ke anak usahanya, yaitu PT Intisumber Hasil Sempurna Global (IHSG) untuk belanja modal dan modal kerja. Sedangkan sisanya sekitar 4,94 persen akan juga diberikan kepada IHSG dalam bentuk setoran modal, untuk kemudian diberikan kepada anak usahanya (cucu usaha OMED), yaitu PT Inti Medicom Retailindo (IMR), sebagai setoran modal untuk belanja modal dan modal kerja.
Menyambut 'lembar baru'nya sebagai perusahaan terbuka, manajemen OMED mengaku optimistis dan sangat yakin bahwa industri alat kesehatan di Indonesia masih bakal menjanjikan prospek pertumbuha yang cukup menggiurkan.
Proyeksi tersebut didasarkan pada data internal perusahaan yang menunjukkan volume penjualan yang meningkat signifikan sejak tahun 2021 lalu.
"Jadi memang artinya secara pasar untuk alat kesehatan ini masih sangat bagus," ujar Direktur Operasional OMED, Leonard Hariadi Hartanto, kepada idxchannel.
Saat ini, menurut Leonard, pihaknya tengah concern terhadap upaya otomasi kinerja, yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan tim serta kondisi di lapangan. Di era digital, pola kerja produksi dan pemasaran sangat berdampak, apalagi saat ini pemasaran secara online dengan redanya pandemi lebih banyak kombinasi.
"Major of business kami lebih ke B2B. 92 persen dari bisnis kita supply ke hospital, apotek, ritel dan lain-lain, jadi hanya delapan persen saja yang dari penjualan kami untuk customer ritel," sahut Direktur Marketing & Sales OMED, Louis Krisnadi Hartanto.
Menurut Louis, pangsa pasar digital perusahaan memang diakuinya terus berkembang dan membutuhkan penyesuaian yang cukup, agar perusahaan tidak tertinggal oleh perubahan yang terjadi di pasar. Sebagai gambaran, penjualan online kini sudah mencapai lima persen, dan akan terus ditingkatkan karena pertumbuhan di sektor penjualan online sangat cepat.
Untuk daerah sendiri, Louis mengatakan di Pulau Jawa masih memegang kendali sekitar 60 persen dan diikuti oleh Sumatera, Kalimantan, dan bagian Indonesia Timur.
"Kalau dari perusahaan kami tetap growth di Pulau Jawa antara Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten," tutur Louis.
Tak hanya fokus pada pasar domestik, OMED juga disebut Louis tengah menjajaki pasar ekspor, meski total produksinya belum terlalu signifikan. Louis mengatakan pihaknya akan terus bereksplorasi dan mengikuti aturan untuk ekspor dimana ada kesempatan yang bisa dikerjakan atau terbuka untuk perusahaan yang bisa kerja sama.
Saat ini OMED telah melakukan ekspor ke Mongolia untuk masker habis pakai digunakan untuk lab, sedangkan untuk menyimpan sample diekspor ke Amerika Serikat. Dari segi persaingan, Louis melihat sejak pandemi justru industri alat kesehatan banyak yang melirik karena terus suplai dan produksi. (TSA)